Opini

Pesantren Kyai Syarifuddin antara Barokah dan Prestasi

Penulis : lumajangsatu.com -
Pesantren Kyai Syarifuddin antara Barokah dan Prestasi
Penulis Opini : Achmad Arifullin Nuha, Alumni Ponpes Kyai Syarifuddin, Dosen IAI Syarifuddin, Ketua LTNU PC NU Lumajang dan Direktur Perumdam Tirta Mahameru.

Hari santri menjadi kado istimewa bagi Pondok Pesantren Kyai Syarifuddin. Berbagai macam prestasi diraih dalam momen Hari santrisaat  ini. Baik dalam sekolah lokal maupun nasional.

Bahkan gebyar  prestasi pesantren  Syarifuddin menjadi banyak perbincangan baik didunia nyata maupun maya. Tak jarang situs yang dihiasi dengan prestasi pondok pesantren ini. Ini sangat membangkanan.

Belum lagi prestasi ini berkaitan dengan bidang akademik pendidikan di lingkungan pesantren. Mulai dari lomba baca kitab, cipta lagu. Hingga dominasi calon penerima beasiswa. Sangat luar biasa. Maka tak salah, jika ini menjadi  trend isu di kota pisang.

Kyai Syarifuddin

Pondok yang didirikan kyai Syarif ini berada di desa Wonorejo, Kecamatan Kedungjajang, Kabupaten Lumajang, Jawa timur. Pesantren yang berdiri sejak tahun 1912 ini, telah banyak menghasilkan alumni alumni yang berprestasi. Baik dalam.kancah lokal, regional maupun nasional.

Hal ini disebabkan, para santri mendapatkan pendidikan yang maksimal. Tak hanya tentang masalah agama. Tapi juga dengan ilmu lainnya.

Untuk menunjang keilmuan santri, Kyai maupun Nyai menjadi pembimbing langsung. Baik melalui pengajian secara bandongan maupun sorogan.

Tak hanya tentang pengetahuan agama yang diambil dari kitab-kitab klasik, juga santri diajari mengelola tentang kehidupan. Mulai relasi dengan sesama lebih dengan lingkungan masyarakat.

Tentu pendidikan umum juga diajarkan di pondok pesantren ini. Meski karakteristik pesantren tetap menjadi komitmen nilai yang diperjuangkan. Baik mulai pendidikan anak-anak. Hingga perguruan tinggi.

Bahkan nilai nilai pesantren ini, terus didorong dalam kehidupan nyata. Sehingga santri lulus dan menjadi alumni pesantren ini memiliki ciri khas. Ini nilai lebih menjadi dan pembeda ilmu pendidikan di lingkungan pondok pesantren.

Bahkan untuk fokus dalam komitmen pesantren inj, perguruan tinggi dengan nama Institut  Agama Islam Syarifudin (IAIS) membuatkan lembaga kajian tentang kepesantrenan.

Kedepannya, marwah pesantren akan menjadi epistem diakui dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik dan pengetahuan. Banyak sekali sumbangsih dari pesantren bagi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.

 Barokah Kyai

Santri dalam mengemban ilmu pengetahuan di pondok pesantren tak hanya dilandasi dengan.semata cita cita yang tinggi. Namun tak kalah pentingnya, adalah konsep barokah ini.

 Banyak konsep tentang barokah, mulai dari bertambahnya nikmat, ilmu bermanfaat hingga kyai dipercaya memiliki doa yang mustajab. karena dekat dengan Allah SWT.

 Landasan barokah kyai ini, santri dalam menuntut ilmu sangat tunduk apa diajarkan kyai. Tak hanya dalam beragama, juga dalam kehidupan sosial kyai.

Santri menjadikan kyai sebagai role model dalam kehidupannya. Sehingga apa yang diajarkan dalam pesantren ini diwujudkan dalam kehidupan nyata.

Perwujudan barokah dalam kehidupan pesantren ini, ditunjukkan dengan sikap kerja kerja keras, rajin belajar, kemandirian, bahkan juga  bentuk ketaatan dalam menjalani ibadah.

Maka tak heran ruang dialektika santri di lingkungan  pondok pesantren kyai syarifuddin ini sangat dinamis. Meminjam teori komunikasi interaksionisme simbolik dari Herbert Mead, manusia memaknai kehidupan atau tindakannya, hasil dari komunikasi simbolik dengan sekitarnya.

 Selain simbolik antara santri, ustad Hingga lingkungan fisik, barokah menjadi driving dalam memaknai kehidupan para santri.

Alih alih santri terdeterminasi dengan konsep barokah, justru dengan barokah ini, santri menjadi dinamis dan kreatif. Alhasil, banyak karya yang dihasilkan para santri.

Apalagi ruang pendidikan juga memberikan dukungan dalam pengembangan bakat dan pengetahuan santri. Sehingga santri tak hanya dibatasi dalam mendalami ilmu agama juga seni budaya.

 Prestasi

Prestasi demi prestasi terus ditoreh oleh para santri Syarifuddin. Tak hanya santri yang mondok saja, tapi juga santri yang telah melanjutkan ke perguruan tinggi.

Mulai dari juara cipta lagu pesantren, lomba hafal Al-Qur'an, hingga lomba baca kitab kuning. Masih banyak lagi. Segudang prestasi yang diraihnya, mulai lokal hingga nasional.

Banyak prestasi ini merupakan momentum untuk meningkatkan kualitas pesantren. Sehingga prestasi akan semakin banyak diraihnya

Bahkan dalam konsep public relation, merupakan simbol komunikasi citra pondok pesantren kyai Syarifuddin.

Citra diri yang baik ini harus menjadi magnet bagi pondok pesantren. Sejumlah prestasi ini harus dikelola untuk mendapatkan prestasi-prestasi selanjutnya.

Kini, pondok pesantren terus mengoptimalkan semua sumberdaya nya. Guna menghadapi tantangan di masa yang akan datang.

Terutama perguruan tingginya, berbagai gerakan untuk mengukir prestasinya. Sehingga kedepan, pendidikan di lingkungan pesantren tak lagi dipandang sebelah mata. Namun juga menjadi arus utama dalam kiprah pengetahuan.

Perguruan tinggi  yang menobatkan diri sebagai Mazhab pemikiran pesantren, akan menjadi pola pikir baru dalam mendermakan kehidupan nyata.

Contohnya, sudah banyak alumni Pesantren dan perguruan tinggi telah mengejawantahkan prestasinya di kehidupan masyarakat. Tak hanya dalam kalber lokal. Bahkan juga regional dan nasional.

Bahkan para alumni ini banyak menjadi pemimpin. Lagi-lagi, corak santri tetap menjadi identitasnya. Mulai cara bicara, hingga relasi sosialnya. Top abis pokoknya.

Prestasi pondok pesantren kyai Syarifuddin terus menjadi buah bibir banyak pihak. Tak hanya di dunia nyata tapi juga di dunia Maya.

Rasa puas masyarakat akan prestasi pondok pesantren Kyai Syarifuddin ini harus dijaga betul. Jangan sampai masyarakat  kecewa. Alih-alih pesantren akan terus meneriakkan prestasi lebih besar lagi pada masa masa akan datang. (*)

* Penulis : Achmad Arifullin Nuha

Alumni Ponpes Kyai Syarifuddin, Dosen IAI Syarifuddin, Ketua LTNU PC NU Lumajang dan Direktur Perumdam Tirta Mahameru.