Blitar — Gunung Butak yang berada di kawasan hutan Ngadirenggo, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, menjadi salah satu destinasi wisata alam dan pendakian yang diminati para pecinta alam.
Gunung dengan ketinggian sekitar 2.868 meter di atas permukaan laut ini menawarkan panorama pegunungan yang megah, hutan tropis yang lebat, serta udara sejuk khas pegunungan.
Baca juga: Bukit Bunda, Wisata Alam Bernuansa Religi di Kademangan Blitar
Daya tarik Gunung Butak terletak pada keindahan jalur pendakiannya yang menyuguhkan beragam lanskap alam, mulai dari hutan pinus, padang rumput, hingga edelweiss di kawasan Lembah Anjarwangi.
Selain itu, pemandangan puncak dan area perkemahan yang luas menjadi magnet tersendiri bagi pendaki yang ingin menikmati keindahan alam dalam suasana yang masih alami.
Untuk melakukan pendakian Gunung Butak, pendaki dikenakan tiket masuk kawasan konservasi sekitar Rp15.000–Rp20.000 per orang, tergantung hari dan kebijakan pengelola.
Biaya parkir kendaraan di basecamp pendakian berkisar Rp5.000 untuk sepeda motor dan Rp10.000–Rp15.000 untuk mobil. Pendaki diwajibkan melakukan registrasi dan memenuhi persyaratan pendakian demi keselamatan bersama.
Gunung Butak dibuka sesuai dengan kebijakan pengelola dan kondisi cuaca, umumnya mulai pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB, dengan batas waktu pendakian yang telah ditentukan.
Baca juga: Pantai Tambakrejo, Ikon Wisata Bahari Favorit di Blitar Selatan
Pada periode tertentu, terutama saat musim hujan atau pemulihan ekosistem, jalur pendakian dapat ditutup sementara.
Tujuan wisatawan berkunjung ke Gunung Butak sebagian besar untuk wisata petualangan dan pendakian, penelitian alam, serta fotografi lanskap.
Banyak pendaki datang untuk menantang diri, menikmati keindahan alam pegunungan, sekaligus merasakan pengalaman berinteraksi langsung dengan alam liar yang masih terjaga.
Baca juga: Pantai Umbul Waru, Keindahan Pantai Alami di Pesisir Selatan Blitar
Dengan keindahan alam yang luar biasa dan nilai konservasi yang tinggi, Gunung Butak menjadi salah satu ikon wisata alam di Jawa Timur.
Pengelolaan yang mengedepankan keselamatan pendaki dan pelestarian lingkungan diharapkan dapat menjaga kelestarian gunung ini agar tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.(yov/red)
"Artikel ini ditulis oleh Muhammad Yova Athobarani (Pelajar PPL SMKN 1 LUMAJANG)
Editor : Redaksi