Blitar — Vihara Samaggi Jaya yang berlokasi di Jl. Ir. Soekarno No.67, Sentul, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar, menjadi salah satu destinasi wisata religi yang mencerminkan nilai ketenangan dan toleransi.
Vihara ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah umat Buddha, tetapi juga terbuka bagi masyarakat umum yang ingin mengenal lebih dekat keberagaman budaya dan agama di Kota Blitar.
Baca juga: Bukit Teletubies Blitar, Panorama Perbukitan Hijau yang Menenangkan
Bangunan Vihara Samaggi Jaya tampak mencolok dengan arsitektur khas dan ornamen bernuansa budaya Tionghoa-Buddhis. Suasana di dalam kawasan vihara terasa tenang dan tertata rapi, menghadirkan nuansa damai bagi siapa pun yang berkunjung.
Sejumlah patung dan relief menjadi daya tarik tersendiri sekaligus sarana edukasi mengenai ajaran dan simbol-simbol Buddhisme.
Untuk berkunjung ke Vihara Samaggi Jaya, pengunjung tidak dikenakan tiket masuk alias gratis. Wisatawan hanya perlu membayar biaya parkir kendaraan, dengan tarif sekitar Rp2.000–Rp3.000 untuk sepeda motor dan Rp5.000 untuk mobil.
Area parkir tersedia di sekitar vihara dan cukup memadai untuk menampung kendaraan pengunjung.
Vihara Samaggi Jaya buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. Pada waktu-waktu tertentu, terutama saat perayaan hari besar keagamaan, kawasan vihara bisa lebih ramai oleh umat yang beribadah.
Baca juga: Kalikebo Camping Ground, Wisata Alam dan Kemah Favorit di Gandusari Blitar
Pengunjung diimbau untuk tetap menjaga ketenangan dan menghormati aktivitas ibadah yang sedang berlangsung.
Tujuan wisatawan datang ke Vihara Samaggi Jaya beragam, mulai dari wisata religi, ziarah, hingga wisata edukasi dan budaya.
Banyak pelajar dan wisatawan luar daerah yang datang untuk belajar tentang keberagaman agama serta nilai toleransi yang hidup berdampingan di tengah masyarakat Blitar.
Baca juga: Bendungan Wlingi Raya, Destinasi Wisata Air dan Panorama Alam di Kabupaten Blitar
Sebagai salah satu ikon wisata religi di Kota Blitar, Vihara Samaggi Jaya turut memperkaya khazanah pariwisata berbasis budaya dan spiritual.
Keberadaannya menjadi simbol harmoni antarumat beragama sekaligus ruang refleksi yang menenangkan bagi wisatawan yang mencari kedamaian di tengah kota.(yov/red)
"Artikel ini ditulis oleh Muhammad Yova Athobarani (Pelajar PPL SMKN 1 LUMAJANG)
Editor : Redaksi