Ada kabar gembira bagi masyarakat Lumajang. H. Thoriqul Haq menjadi salah satu kepala daerah berpengaruh hasil survey lembaga riset Cakra Nusantara berkolaborasi dengan beritabaru.co ditengah masa pandemi covid-19 pada bulan November-Desember 2021. Dalam hasil riset itu, Cak Thoriq sapaan bupati Lumajang mendapat presentase 19,3. Dibawahnya ada Bupati Trenggalek, H.Mochamad Nur Arifin 9,2 persen, Eri Cahyadi Walikota Surabaya, 8,1 persen dan R.Abdul Latif Amin Imron, Bupati Bangkalan mendapat 4,9 persen.
Riset Cakra Nusantara ini, juga bagian dari evaluasi kinerja pemeritahan Jawa Timur (Jatim) saat pandemi. Ternyata, hasilnya masyarakat Jatim cukup puas 65,5 persen dan sangat puas 15,7 persen. Penilaian sangat puas ada pada bidang kesehatan, pelayanan publik, ekonomi, pelayanan publik, pendidikan, lingkungan dan infrastruktur diatas 50 persen sangat puas dan cukup puas.
Baca juga: Dua Paslon Saling Klaim Menang Pilbup Lumajang, Ini Kata KPU Lumajang
Kembali ke Bupati Lumajang, Cak Thoriq menjadi sosok kepala berpengaruh di Jawa Timur dalam hasil riset. Penulis melihat adanya sosok pemimpin mampu hadir ditengah masyarakat disaat pandemi melanda daerah hingga diketahui daerah lainya. Sehingga kebijakan yang dikeluarkan dan dilakukan seimbang dengan kinerja kepala daerah hingga dirasakan masyarakat.
Diawal pandemi, Cak Thoriq selalu hadir ditengah masyarakat dengan memberikan informasi terkini akan dampak dari covid-19. Dengan menggundang media massa untuk melaporkan dampak terkini baik di kantor Bupati dan rumah dinasnya di Pendopo Arya Wiraraja. Untuk berkebijakan bukan hanya diatas kertas tetapi juga didukung cek lapangan dalam kesiapan menghadapi wabah covid-19 di rumah sakit dan puskesmas. Tentunya dibantu oleh wakilnya, Indah Amperawati.
Cak Thoriq juga harus rela terkena covid-19 ditengah wabah bekecamuk dan terus mengabarkan kondisinya saat dirawat di RSUD dr. Haryoto. Dia bukanlah sosok panglima Komando Dalam Kamar (Pangkodamar) saat pandemi. Pemipin hadir ditengah masyarakat ini telah dilakukan usai saat dilantik sebagai orang nomer satu di Lumajang untuk mengatasi permasalahan untuk segera diselesaikaan.
Pemimpin Perubahan
Apa yang dilakukan oleh Cak Thoriq senada dengan pernyataan dari Prof.Rhenald Kasali, Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia dilansir dari kontan,co.id, Pemimpin saat pandemi dituntut untuk bekerja lebih keras, bertanggung jawab, lebih berempati dan bisa memberikan dukungan serta arah baru.
Pertama, Kerja Keras, Cak Thoriq adalah sosok pekerja keras sejak masih anak-anak, remaja hingga dewas. Dia harus bejauhan dengan orang tua untuk menimba ilmu agama di Pesantren dari Desa Denok Kota Lumajang hingga ke Ponpes Denanyar Jombang. Dia kuliah di Fakultas Ada IAIN Sunan Ampel Surabaya aktif dalam organisasi pergerakan sebagai aktivis dan menjadi ketua Badan Eksekutif. Kemudian kuliah S2 di Malayasia jalur Bea Siswa dan mengabdi di Kantor PBNU Pusat hingga mencalonkan diri sebagai legislator PKB hingga duduk dikursi DPRD Jawa Timur menjadi ketua Komisi C.
Buah dari kerja keras dalam pendidikan dan bekerja sudah dimiliki sejak dini hingga menjadi legislator dan ditakdirkan sebagai Bupati Lumajang ditanah kelahirannya. Jiwa kerakyatan untuk selalu hadir ditengah masyarakat memiliki masalah dan musibah dilakukan dengan hadir di saat warganya tekena banjir, tanah longsor dan letusan gunung Semeru.
Kedua, Jiwa Bertanggung Jawab, Cak Thoriq selalu melakukan terobosan dalam menyelesaikan masalah yang merugikan masyarakat. Bukan hanya datang ke lokasi masalah, tetapi juga menyelesaikan masalah. Mulai penutupan portal tambang pasir dinilai melanggar aturan hingga menyiapkan terminal pasir dengan berkoordinasi bersama Pemerintah Jawa Timur melalui kerjasama perusahaan daerah.
Saat Pandemi, juga langsung bergerak bersama masyarakat membuat posko Ngeramut Tonggo di GOR Wira Bhakti Lumajang. Dalam mendistribusikan melalui komunitas masyarakat bersama pemerintah desa diawasi kecamatan. Selain itu, saat bencana banjir datang, Cak Thoriq langsung memastikan kondisi warganya di Kecamatan Rowokangkung dan menegevaluasi penyebab banjir luapan sungai Jatiroro dan Bondoyudo.
Ketika bencana Gempa Bumi merobohkan ratusan rumah di Kecamatan Tempursari dan Pronojiwo, Cak Thoriq hadir langsung untuk mengevakuasi korban dan menjamin atas pendirian bangunan sementara. Bahkan, saat bantuan dana perbaikan rumah dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tidak kunjung cair. Dia langsung ke Jakarta dan juga menyampaikan langsung ke Presiden Jokowi.
Baca juga: Bak Lautan Manusia di Lapangan Jokarto Lumajang Sholawat Doa Bersama Cak dan Ning
Tebaru, Lumajang dilanda bencana awan panas guguran Semeru. Cak Thoriq langsung meluncur ke lokasi untuk melihat kondisi warga tedampak dan berkoordinasi dengan relawan. Jalur pengungsian langsung disiapkan dan mengecek dampak dari guguran awan panas. Dia langsung melapor ke Gubernur Jawa Timur dan berkoordinasi dengan BNPB dalam penanggulangan bencana serta menetapan darurat bencana.
Cak Thoriq bekerja sampai pagi dan kembali lagi ke lokasi bencana paginya lagi untuk memastikan korban bencana di pengungsian aman dan nyaman. Pendopo Arya Wiraraja dijadikan tempat pengumpulan bantuan tuan dan membuka secara terbuka bagi relawan untuk membantu pencarian korban. Koordinasi antar dinas baik tingkat daerah, provinsi dan pusat dilakukan dengan seksama serta kehatian-hatian, karena penanganan terhadap korban terdampak paling utama.
Ketiga, Berempati, Cak Thoriq dilahirkan dari keluarga biasa saja. Dari bapak petani dan ibu pendidik. Kepedulian terhadap sesama didapat sejak lahir, melalui pendidikan dan pengalamannya. Seperti ditulis diatas, Cak Thoriq selalu hadir ditengah masyarakat yang terkena masalah dan musibah. Selalui mengajak warganya saling peduli tehadap sesama seperti adanya program Ngeramut Tonggo, kemudian mengalang bantuan korban bencana dan membuka siapa saja untuk terlibat.
Bahkan, ada video viral tentang dia mengingatkan para sopir truk pasir untuk libur dulu bekerja disaat banyak teman sesama sopir truk menjadi korban guguran awan panas semeru. Namun, apapun persepsi tindakan cari Cak Thoriq saat itu, mengajarkan kita untuk peduli dan memiliki rasa empati. Dalam QS. Al-Hujurat Ayat 10 :
Baca juga: Strategi Cak Thoriq Ning Fika Turunkan Angka Stunting di Lumajang dan Dukung Program Presiden
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."
Ke-empat, Pemimpin mampu memberikan dukungan arah baru saat pandemi. Disaat musibah melanda seperti pandemi, Cak Thoriq mengajak masyarakat untuk saling gotong royong, saling membantu atau tolong menolong terhadap sesama melalui program Ngeramut Tonggo. Kemudian saat pandemi melanda, Cak Thoriq mengajak masyarakat yang berjualan untuk melakukan inovasi tenologi dengan tetap melakukan protokol kesehatan.
Kemudian ada sebuah aplikasi belanja online, bantu ibu digagas anak muda. Selain itu, dibidang pariwisata saat pandemi juga mendorong adanya ada wisata digital dan serta menerapkan jasa pesanan online untuk berkunjung. Pelayanan publik berbasis digital juga dilakukan dibidang kependudukan juga menjadi kemudahan saat pandemi.
Memimpin Lumajang dengan rakyat lebih dari 1 juta memang bukanlah hal mudah apalagi saat pandemi. Rhenal Kasali mencatat ada 11 bahaya bagi pemimpin perubahan dalam bukunya "Change Leaderships", adanya serangan keluarga, bahaya korupsi, bahaya eksploitasi sumber daya alam, bahaya kerumitan birokrasi, risiko biaya tinggi, bahaya kriminalisasi, bahaya perubahan jangka panjang, adaptive challenges, bahaya ketidakpastian, orienstasi partai politik pendukung, bahaya cyber attack dan bahaya serangan fisik serta mental. Seorang pemimpin memang memiliki resiko yang luar biasa, tapi Cak Thoriq yang memiliki jargon pemimpin Cagceg akan mudah menghilangan segala anggapan atau isu buruk yang menyerangannya. 3 Tahun masa pemerintahan bersama Indah Amperawati telah membuktikan begitu besarnya pengabdian dan cintanya ke tanah kelahirannya.*
* Harry Purwanto, M.I.Kom, Direktur PT. Lumajang Satu Media dan Dosen di Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, IAI Syarifuddin Wonorejo Lumajang.
Editor : Redaksi