Lumajang (Lumajangsatu.com)-Konsumsi berbagai jenis gula, termasuk karbohidrat, ternyata tidak menimbulkan rasa kenyang. Hal ini beda dengan konsumsi lemak dan protein yang mengirim sinyal pada otak jika telah merasa kenyang.
"Jika kita makan daging biasanya akan berhenti saat kenyang, namun masih bisa makan yang manis-manis misal hidangan penutup (dessert). Konsumsi gula tidak membuat tubuh mengirim sinyal kenyang hingga perut terasa penuh dan kembung. Inilah yang menyebabkan konsumsi gula cenderung tidak bisa berhenti," kata dokter ahli saraf Eka Musridaharta dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional pada Indonesia International Low Carb Conference (IILCC)
Baca juga: Viral Kecelakan Seleb Tiktok Joyce Asal Madura di Klakah-Lumajang
Dengan sifat tersebut, konsumsi gula berisiko lebih besar dari kebutuhan tubuh hingga berisiko menyebabkan diabetes dan obesitas. Risiko ini makin besar karena konsumsi gula yang bisa menimbulkan kecanduan layaknya narkoba. Hal ini juga dipengaruhi efek gula yang bisa menimbulkan rasa senang dan tenang.
Baca juga: Lewat Kegiatan Seminar, Pelajar Lumajang Diajak Cegah HIV dan Penghapusan Stigma
Menurut Eka konsumsi gula sebetulnya tidak bisa dikatakan buruk. Apalagi gula merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Namun konsumsi gula yang bisa diperoleh dari hampir semua makanan sebaiknya tidak terlalu banyak. Langsung membatasi dari yang semula rutin makan gula berisiko menyebabkan craving yang mirip kecanduan.
Baca juga: Sekjen PPP Arwani Thomafi Instruksikan Kader Lumajang Solid Menangkan Cak Thoriq-Ning Fika
Namun konsumsi gula harus sesuai kebutuhan tubuh. Menurut Eka sebaiknya jangan buru-buru makan gula bila merasa stres, penurunan mood, atau suasana hati yang memburuk. Eka menyarankan evaluasi kecukupan konsumsi zat nutrisi yang lain terlebih dulu. Ketidakseimbangan nutrisi juga bisa mengakibatkan lemot dan timbulnya perasaan negatif. (Ind/red)
Editor : Redaksi