Opini
Menakar Kepemimpinan Bupati Bolmongtim dan Lumajang
Media sosial mendadak ramai dengan adanya video Bupati Lumajang, Thoriqul Haq yang tidak terima Menteri Desa, Halim Iskandar dikatakan bodoh dan goblok oleh Bupati Bolaang Mongondow Timur, Sehan Salim melalui videonya yang viral juga. Hal ini dipicu dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari Kementerian Desa melalu Dana Desa (DD) yang sebelumnya tidak diperuntukan dana sosial dan lebih mengutamankan infrastruktur.
Namun, ditengah pandemi covid-19. Melalui arahan Presiden Jokowi, Kemendes meminta kepala daerah melalui kepala desa untuk menggunakan DD dalam membantu warga miskin terdampak covid-19. Cak Thoriq, Bupati Lumajang yang satu partai dengan Halim Iskandar tidak terima dengan pernyataan Bupati Bolmongtim mengeluar perkataan yang tak pantas dan videonya menjadi viral.
Ditengah pemeritah pusat, provinsi dan daerah hingga desa sedang menghadapi pandemi. Banyak pemimpin daerah yang memiliki emosi yang tidak stabil. Hal ini menimpa pada Bolmongtim yang menyayangkan kebijakan kemensos dan kemendes menjadi video viral. Apalagi ada kata-kata tidak pantas keluar dari bupati dari Provonsi Manado yang terpilih 2 kali.
Cak Thoriq mengetahui video itu langsung marah dan menunding Bupati Bolmongtim tidak mampu menjalan pemerintahan dengan menyalahkan menteri yang juga kerja keras menghadapi pandemi ini. Kemudian dua video ini menjadi viral dan ada akun youtube yang mengabung keduanya. Sehingga media mainstrem juga ikut meramaikan dijada dunia maya.
Dunia daring makin heboh, khususnya di Lumajang saat ada balasan pernyataan dari Bupati Bolmongtim terhadap Cak Thoriq. Sehan Salim dalam video itu lebih menonjolkan kepemimpinannya jauh lebih bagus dibanding dengan Cak Thoriq dalam memperhatikan warganya.
Apalagi tuduhan mengenai di Lumajang masih ada orang peminta-minta atau pengemis. Kemudian pembagian beras terhadap warga terdampak covid di Lumajang hanya 5 kg dan di Bolmongtim sebanyak 25 kg. Dia juga menyoroti pemotongan gaji ASN untuk covid-19 yang dianggap mengambil hak keluarga pegawai. Apalagi ditambah dengan adanya uang bantuan sosial untuk janda diatas usia 65 tahun sebesar Rp. 2 juta.
Sanggahan dari Bolmongtim menjadi perhatian dan perbandingan kinerja Bupati Lumajang oleh netizen. Namun, netizen masih pada dalam tahap membandingkan tanpa melihat realitas dilapangan secara demografi wilayah.
Penulis menelusuri melalui wikipedia, Bupati Bolmongtim memimpin wilayah seluas 910 km persegi dengan populasi penduduk, 79,66 jiwa/km persegi dengan total populasi 72,408 jiwa. Untuk Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp. 254.509.410.000 ditahun 2013 silam. Bolmongtim ada 7 kecamatan dengan 80 desa.
Berbeda dengan dengan Cak Thoriq memimpin wilayah Lumajang seluas 2.190 km persegi dengan total populasi penddim 1.123.081 jiwa data tahun 2019 dengan kepadatan 512.822,37 jiwa/km persegi. Untuk DAU sebesar 2,045 Trilliun dengan data 2018. Lumajang ada 21 kecamatan dengan 7 kelurahan dan 198 desa.
Dengan pemaparan data diatas, Cak Thoriq memimpin warga yang lebih banyak dibanding Sehan. Yang jelas, dalam menentukan kebijakan berbeda dan dampak sosial juga jauh ditengah pandemi. Menghadapi pademi juga akan mengguras fisik dan emosi kepala daerah dengan bisa mengeluarkan kata-kata tidak pantas dengan cenderung kotor.
Dalam berbagai penelitian, seseorang mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor, dikarenakan sebuah kebiasaan dengan lingkungan buruk. Mengeluarkan kata kasar juga bisa memperlihatan tingkat ke-intelegensiannya. Menurut David Wechster (1986), Inetelgensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkngan secara efektif. Apalagi perkataan kasar mengandung cacian, makian, kebencian, ketidaksabaran, kekesalan dan menyakiti orang lain.
Bupati Bolmongtim sebagai pemimpin yang juga seorang berpendidikan dan berpengalaman sepatutnya tidak berucap kasar dan menyakiti orang lain. Apalagi dihadapi publik, dengan videonya beredar dengan perkataan kasar bisa diakses anak-anak kecil atau golongan anak muda yang bisa meniru menggunakan kata kasar bagi pemimpinnnya.
Seharusnya seorang pemimpin harus bertutur dengan baik, tanpa menggunakan perkataan kasar menjurus kasar. Di era digital dan masyarakat gandrung dengan gawai untuk mengakses medsos tidak disuguhi sikap atau perkataan pemimpin yang tidak pantas.
Saya berharap pemimpin daerah menggunakan tutur kata yang baik untuk mennunjukan Indonesia memiliki orang rama dan berintelegensi tingggi. Bukan malah pepatah ini menjadi kebenaran, " Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari". (ls/red)
Editor : Redaksi