Webinar IAI Syarifuddin
Dosen Lumajang Waspadai Media Merusak Otoritas Keagamaan
Wonorejo - Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI), Institute Agama Islam Syarifuddin (IAIS) Wonorejo Lumajang mengadakan Website Seminar (Webinar) bertemakan Mediatisasi Otoritas Keagamaan Pre and Post Corona, Berjalan menarik dan seru, Selasa (18/08/2020).
Dalam Webinar ini menyuguhkan empat narasumber diantaranya Haidar Idris M.Th.I wakil rektor 2 IAI Syarifuddin, Dr. Fazlul Rahman, MA.Hum pengasuh ponpes Nurut Tauhid Duko Kedungjajang Lumajang, dan juga Dekan FDKI, serta Alhimni Fahma S.Kom.I., M.Med dan Rio Febriannur Rachman M.Med.Kom dosen prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Webinar tersebut dipandu oleh Achmad Arifulin Nuha seorang wartawan dan juga ketua prodi (KAPRODI) KPI.
Diawal penyajian Gus Haidar Idris M.Th.I wakil rektor 2 IAI Syarifuddin, mengungkapkan bahwa media, khususnya media sosial merupakan lahan peperangan semua orang bebas menyajikan informasi. Manusia dalam mendapat pengetahuan keagamaan tidak langsung pada kyai, tetapi melalui media.
"Ada golongan-golongan otoritas keagamaan yang saling berwacana dengan menyindir antar satu dengan yang lainya,"ungkap pria berkumis tipis tersebut.
Dr. Fazlul Rahman, MA.Hum pengasuh ponpes Nurut Tauhid Duko Kedungjajang Lumajang, dan juga Dekan FDKI mengungkapkan bahwa media mampu membawa perubahan pola otoritas keagamaan. Dalam dunia media rata-rata manusia, tidak membaca siapa orangnya tetapi lebih kepada apa yang disampaikan.
"Maka siapa yang mampu menguasai medai maka membawa kekuatan lebih, khusus agama," ungkapnya.
Dosen lainya, Alhimni Fahma S.Kom.I., M.Med mengungkapkan bahwa ada lapisan ketidak sadaran manusia, yang dapat menjadi celah manusia. Misalnya soal kesenangan, soal hidup yang memprioritaskan kemudahan belaka.
"Hal demikian dapat dimanfaatkan untuk kelompok tertentu untuk menaruh doktrinasi keagamaan," ungkapnya.
Rio Febriannur Rachman M.Med.Kom dosen prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) mengungkapkan bahwa ada sesuatu esensi konteks keagamaan yang perlu ditekankan, para ilmuwan Islam.
"Hal itu agar mampu membawa gerakan Islam yang menuntun kepada ajaran Islam yang benar," terang pria yang kini sedang menempuh kuliah doktoral di Surabaya..
Dosen FDKI IAI Syarifuddin Lumajang sepakat mengenai untuk mendapat ilmu keagamaan melalui media harus diketahui siapa pendakwah. Sehingga publik tidak tertipu oleh tampilan seseorang hanya pandai berbicara agama melalui media menjadi rujukan.
"Jadi media bisa menipu publik, karena belajar agama sudah tidak lagi ke Kyai atau pendakwah," ujar Host Webinar, Achmad Arifulinnuha, M.I.Kom. (Oky/ls/red).
Editor : Redaksi