Hikmah Kehidupan

Jangan Bertanya

Penulis : lumajangsatu.com -
Jangan Bertanya
KH. DR. Abdul Wadud Nafis, Pengasuh Ponpes Manarul Qur'an Kutorenon-Lumajang

Lumajang - Jangan bertanya kepada orang miskin, mengapa engkau miskin? jika engkau memiliki harta dan memiliki hati yang baik, maka berikanlah dia uang yang dapat memenuhi kebutuhannya.

Jangan bertanya pada orang yang tidak bekerja, mengapa engkau menganggur? jika engkau seorang pengusaha yang memiliki pekerjaan atau memiliki jaringan tempat bekerja. Maka berilah dia pekerjaan yang baik dan sesuai dengan keterampilannya.

Jangan bertanya kepada orang yang awam, mengapa engkau bodoh? Apabila engkau mempunyai ilmu dan alim, maka ajarilah dia ilmu pengetahuan yang dapat menghilangkan kebodohannya. Atau engkau mempunyai harta untuk biaya pendidikan, maka berilah beasiswa agar belajar dan memiliki ilmu.

Jangan bertanya pada orang yang sakit, mengapa engkau sakit? jika engkau mempunyai pengetahuan tentang pengobatan, maka berilah obat atau jika engkau mempunyai harta dan baik hati, maka berilah biaya untuk berobat agar dia sehat.

Jangan bertanya, kepada orang yang mempunyai akhlak tercela, mengapa engkau berakhlak buruk? jika engkau mempunyai ilmu dan mempunyai kemampuan untuk membimbingnya, maka bimbinglah kepada akhlak yang mulia, agar dia memiliki akhlak yang mulia dan perilaku yang terpuji.

Jangan bertanya kepada orang yang banyak bermaksiat, mengapa engkau berbuat maksiat? Jika engkau mempunyai ilmu dan mempunyai metode dakwah yang baik dan bijaksana, maka bimbinglah dia kepada jalan yang benar dan baik dengan cara yang hikmah, agar dia menjadi orang yang baik dan istiqomah dengan ketentuan-ketentuan Allah.

Jangan bertanya kepada orang sedang bertengkar atau bermusuhan, mengapa engkau bertengkar? Jika engkau mempunyai kemampuan komunikasi dan baik hati, maka bimbinglah dia, agar supaya hidup damai dan menghormati orang lain serta saling mencintai satu sama lain.

Jangan bertanya kepada orang yang pemalas, mengapa engkau malas bekerja? Jika engkau mempunyai ilmu motivasi, maka doronglah dia, agar mempunyai semangat kerja yang kuat dan motivasi sukses yang tinggi.

Dengan demikian orang yang bijak tidak berorientasi masalah, tapi berorientasi penyelesaian masalah. Orang yang bijak tidak berpikir problem, tapi berpikir solutif. Orang yang bijak apabila mendapatkan masalah, maka mencari akar masalahnya dan mencari solusinya. Lalu solusi itu betul dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.

Karena mempertanyakan masalah dan tidak mencari solusinya akan menambah masalah lagi yang lebih berat, akan tetapi ketika ada masalah lalu menganalisis masalah tersebut untuk menyelesaikannya dan betul-betul diselesaikan itu adalah cara yang bijak dan hal itu adalah cara yang solutif. Wallahu A'lam bish bishawab.(Red)

Penulis : KH. DR. Abdul Wadud Nafis, Pengasuh Ponpes Manarul Qur'an Kutorenon-Lumajang

Editor : Redaksi

Lumajang Maju dan Makmur

Bak Lautan Manusia di Lapangan Jokarto Lumajang Sholawat Doa Bersama Cak dan Ning

Lumajang - Dalam rangka membangun kedamaian dan persatuan di wilayah Lumajang, relawan paslon 01 (Cak Thoriq – Ning Fika) bersama Gus Hafidzul Ahkam dari Probolinggo dan jamaah Riyadhul Jannah Lumajang mengadakan acara Sholawat & Do’a Bersama. Acara ini berlangsung di Lapangan Desa Jokarto Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang Kamis, (21/11/2024) malam.

Dibuat Dari Bambu Muda

Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, Krecek Bung Kuliner Asli Lumajang Bertekstur Daging Empuk

Lumajang - Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali menorehkan kebanggaan di kancah nasional. Salah satu kuliner tradisional khasnya, Krecek Rebung, resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia pada 16 November 2024. Pengakuan ini menjadi bukti keunikan dan kekayaan budaya lokal Lumajang yang terus dilestarikan.

Hikmah Kehidupan

Urgensi Tasawuf Dalam Menghadapi Krisis Spiritual di Era Modern

Lumajang - Di tengah gemerlapnya dunia yang serba digital dan material, manusia semakin terjerat dalam pusaran kehidupan yang cepat dan penuh tekanan. Keberhasilan diukur dengan angka, kebahagiaan dinilai dengan kepemilikan, dan kedamaian seolah menjadi barang langka yang hanya bisa diraih oleh segelintir orang. Namun, meskipun segala kemajuan teknologi dan inovasi telah memberikan kenyamanan fisik, banyak yang merasakan kekosongan jiwa yang mendalam, kehilangan arah, dan semakin jauh dari makna hidup yang sejati. Krisis spiritual ini bukan hanya sekedar fenomena individu, tetapi sebuah bencana sosial yang mengancam dasar-dasar kemanusiaan kita.