Montir
Gali Septic Tank, Warga Lumajang Temukan Dua Mortir! Diduga Peninggalan Perang Kemerdekaan
Lumajang – Warga Dusun Krajan, Desa Labruk Lor, Kecamatan Lumajang, sontak heboh setelah dua buah mortir ditemukan terkubur di halaman rumah seorang pensiunan anggota Polri. Penemuan mengejutkan ini terjadi saat pekerja tengah menggali septic tank pada Minggu siang (6/7/2025).
“Awalnya cuma buang kotoran di septic tank, tapi alatnya membentur benda keras. Setelah digali, ternyata mortir,” ujar Sekretaris Desa Labruk Lor, Nuki Rafsanjani. Temuan itu langsung dilaporkan ke pemilik rumah dan diteruskan ke polisi.
Tak butuh waktu lama, petugas Polres Lumajang dan Polsek Kota Lumajang bersama tim TNI AU dari Air Weapon Range (AWR) Pandanwangi langsung mendatangi lokasi untuk mengamankan benda mematikan tersebut.
Kasubsi Pidm Sihumas Polres Lumajang, Ipda Untoro, menyebut kedua mortir itu terkubur cukup dalam dan telah berkarat parah, menandakan usia yang sangat tua. Namun, ancaman tetap nyata, karena belum bisa dipastikan apakah mortir masih aktif atau tidak.
“Mortir ditemukan saat penggalian. Kami langsung evakuasi dan koordinasi dengan AWR Pandanwangi. Sekarang sudah diamankan dan sedang diteliti,” ungkap Untoro.
Sementara itu, Lettu Dimas TS dari Detasemen AWR memastikan bahwa mortir bukanlah amunisi modern, melainkan diduga kuat peninggalan masa perang kemerdekaan.
“Ini sisa konflik lama, bukan amunisi baru. Kami hanya lakukan identifikasi dan pengamanan. Kalau untuk pemusnahan, itu wewenang tim khusus,” jelasnya.
Meski sudah lama tertimbun, mortir tetap bisa menjadi bom waktu. Karena itulah, tim TNI segera mengevakuasi benda berbahaya itu ke lokasi aman. Penelitian lanjutan akan menentukan status aktif atau tidaknya amunisi tersebut.
“Kami evakuasi demi keselamatan warga. Sekarang aman, tapi bayangkan kalau tidak sengaja tersentuh atau terguncang. Bisa jadi bencana besar,” pungkas Lettu Dimas.
Penemuan ini menjadi pengingat bahwa sisa-sisa perang bisa saja masih tersembunyi di sekitar kita—dan sewaktu-waktu bisa berubah jadi malapetaka (Ind/red).
Editor : Redaksi