Tema MAPABA STIH JEES Lumajang

Berproses, Bergerak, Berkhidmah: Menyemai Nilai Keislaman dalam Bingkai Pergerakan dan Pengabdian

Penulis : lumajangsatu.com -
Berproses, Bergerak, Berkhidmah: Menyemai Nilai Keislaman dalam Bingkai Pergerakan dan Pengabdian
Pelantikan dan MAPABA Komisariat PMII STIH Jenderal Sudirman Lumajang

Perjalanan seorang Muslim tidak pernah berhenti pada satu titik. Ia senantiasa berada dalam ruang proses, bergerak menuju kebaikan, dan mengabdikan diri pada kemaslahatan. Dalam Islam, kehidupan bukan sekadar rangkaian peristiwa, melainkan ladang amal tempat setiap langkah memiliki nilai ibadah ketika dijiwai dengan niat yang benar.

1. Berproses: Menapaki Jalan Tumbuh yang Tidak Pernah Usai

Islam mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk yang terus belajar, memperbaiki diri, dan bertumbuh. Allah berfirman, “Dan bagi manusia tidak ada yang ia peroleh kecuali dari apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39).
Ayat ini menegaskan bahwa proses adalah bagian dari sunnatullah. Tidak ada kesempurnaan tanpa usaha, tidak ada kekuatan tanpa tempaan, dan tidak ada kematangan tanpa perjalanan panjang yang penuh evaluasi.

Berproses berarti:

Menerima bahwa setiap manusia memiliki fase dan ritmenya masing-masing.

Berani mengakui kekurangan sambil membuka ruang untuk perbaikan.

Konsisten memperbarui niat dalam setiap amal agar tetap berada dalam jalan Allah.

Di sinilah prinsip keislaman menemukan maknanya: proses itu sendiri adalah ibadah.

2. Bergerak: Menghidupkan Nilai dengan Aksi Nyata

Nilai Islam tidak hanya hidup dalam teks, tetapi terutama dalam gerak. Rasulullah SAW adalah teladan terbaik dalam memadukan iman dengan tindakan—dari membangun peradaban di Madinah, menegakkan keadilan, hingga membawa cahaya kasih sayang bagi seluruh alam.

Bergerak dalam konteks keislaman mencakup:

Menggerakkan diri dari ketidakpedulian menuju kepedulian.

Menggerakkan umat untuk menjawab tantangan zaman.

Menggerakkan ide menjadi amal, rencana menjadi karya, dan potensi menjadi solusi.

Pergerakan adalah wujud keberanian untuk menghadapi realitas, bukan menghindarinya. Dengan bergerak, seorang Muslim menjadi agen perubahan yang menebarkan manfaat. Karena sejatinya, “Khairunnas anfa‘uhum linnas”—sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.

3. Berkhidmah: Pengabdian sebagai Jalan Kemuliaan

Dalam Islam, pengabdian bukan beban, melainkan kemuliaan. Berkhidmah adalah titik temu antara cinta kepada Allah dan cinta kepada sesama. Pengabdian melatih ketawadhuan, memurnikan hati, dan membuka jalan keberkahan.

Berkhidmah dapat hadir dalam berbagai bentuk:

Mengajar ilmu, meski hanya satu huruf.

Mengulurkan tangan kepada yang kesusahan.

Menggerakkan organisasi atau komunitas agar lebih maslahat. Mengabdikan waktu, tenaga, bahkan pikiran untuk kemajuan umat.

Melalui khidmah, seorang Muslim belajar mengutamakan yang lebih besar dari dirinya—belajar menjadi pelayan bagi kebaikan, bukan penguasa atasnya.

4. Menyemai Nilai Keislaman dalam Pergerakan dan Pengabdian

Ketiga kata: berproses, bergerak, berkhidmah bukanlah rangkaian yang terpisah. Ia adalah satu kesatuan utuh yang membentuk jati diri insan dan pergerakan Islam.

Proses mendidik hati
Gerakan menguatkan peran
Khidmah memurnikan tujuan

Ketika nilai keislaman hadir di dalamnya, maka setiap langkah menjadi cahaya yang menerangi jalan umat. Dalam bingkai keikhlasan, setiap perjuangan berubah menjadi ibadah. Dalam bingkai persaudaraan, setiap perbedaan berubah menjadi kekuatan. Dalam bingkai pengabdian, setiap perjalanan menjadi bermakna.

Penutup

Hidup adalah perjalanan panjang yang tidak berhenti pada satu capaian. Ia merupakan rangkaian proses menuju perbaikan, gerak menuju perubahan, dan khidmah menuju keberkahan. Dengan menyemai nilai keislaman di setiap langkah, kita tidak hanya membangun diri, tetapi juga membangun peradaban.

Semoga kita menjadi hamba yang terus berproses dengan sabar, bergerak dengan tekad dan berkhidmah dengan ikhlas, hingga setiap jejak yang kita tinggalkan menjadi saksi cinta kita kepada Allah dan umat manusia.(Red)

Oleh : Dr. Abdul Wadud Nafis, LC., MEI, Pengasuh Ponpes Manarul Qur'an Desa Kutorenon Kec. Sukodono Kab. Lumajang

Editor : Redaksi