12 Tanda Amalan Ibadah Diterima Allah SWT
Lumajang (lumajangsatu.com) - Di bulan syawal 1438 H adalah bulan di mana seorang hamba Allah SWT dituntut untuk mempertahankan amalan yang mulia ketika mereka berlomba-lomba melakukan kebajikan di bulan ramadhan penuh berkah. Maka dari itu aktualisasi diri sebagai tanggung jawab selaku hamba Allah SWT dalam menjalankan perintah-Nya tidak hanya berlangsung ketika hamba Allah SWT melaksanakan puasa di bulan Ramadhan saja. Andaikata secara akal fikiran kita bisa di mengendalikan apa yang diinginkan akal, maka nafsu syetan yang selalu menyelimuti amal perbuatan dalam kehidupan sehari-hari.
Allah SWT dengan tegas mengatakan dalam Surat Yasin ayat 60 yang menyatakan perintah untuk melaksanakan ibadah sebagaimana artinya
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. (Q.S. Yasin: 60) dan Surat adz-Dzariyat ayat 56: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. adz-Dzariyat: 56)
Kedua ayat di atas, jelaslah bahwa Allah SWT menciptakan jin dan manusia semata-mata untuk menyembah-Nya, walaupun sebenarnya Allah tidak butuh untuk disembah ataupun dipuja oleh manusia, karena Allah adalah Maha Sempurna dan tidak berhajat kepada apapun. Ini memberikan pemahaman bahwa kita selaku hamba Allah SWT memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan segala apa yang diperintahkan-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.
LALU BAGAIMANA AMAL HAMBA BISA DITERIMA ALLAH SWT
1. IKHLAS
Ikhlas adalah melakukan sesuatu tanpa ada unsure pamri, tidak ingin imbalan, tidak ingin dipuji, tidak ingin mendapatkan kehormatan sebagai hambah. Karena ikhlas itu mudah sekali di ucapkan akan tetapi sulit di praktekan dalam kehidupan social masyarakat. Dengan kata lain ikhlas itu wujud ketaatan seorang hamba kepada sang kholiq untuk mengharapkan keridhoannya semata tanpa di landasi sifat-sifat yang tidak terpuji. Keikhalasan hati harus diikuti dengan Sunnah Nabi yang merupakan kekuatan yang tidak bias dipisahkan keduanya yang dapat menjadikan amal hambah di terima di sisi Allah SWT, sebagaimana Allah SWT berfirman :
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan penuh keikhlasan memurnikan ketaatan kepada-Nya (QS. Al-Bayyinah: 5)
Kecuali hamba-hamba-Mu yang Mukhlish (Ikhlas) di antara mereka.(QS. Shaad: 83)
Fudhail Ibn Iyadh pernah berkata: Seseorang yang berbuat amal soleh dan ikhlas namun ibadahnya salah, maka ibadahnya tidak diterima. Jika ibadahnya benar namun tidak ikhlas juga, maka ibadahnya pun ditolak.
Keikhlasan seorang hamba dalam pengabdikan diri kepada Allah SWT muncul dari rasa keimanan, keyakinan yang dimiliki dalam menjalankan misi sebagai kholihah fil ardh. Dengan keyakinan serta keimanan yang kuat, maka keikhlasan akan datang dalam hati hamba dengan berbagai cara untuk mendapatkan keikhlasan yang di ridhoi Allah SWT.
Pertama ; Belajar ilmu tanpa henti. Maksudnya adalah hamba akan selalu haus akan ilmu yang dipelajari dalam rangka meningkatkan pengetahuan akan kebesaran Allah SWT, sehingga akan bertamba dalam memperdalam ilmunya Allah SWT.
Kedua : Banyak Riyadha. Artinya hamba akan merasakan keikhlasan yang klimaks jika selalu bermunajad pada waktu, pagi, siang dan malam. Riyadha itu adalah dzikir antara akal fikiran, lisan dan hati yang dilakukan seorang hamba ke sang Pencipta-Nya untuk komunikasi agar dapat ketenangan jiwa dan hati menjadi suci.
2. HUBBUL IBADAH
Hubbul ibadah adalah tingkah laku seorang mukallaf sangat senang beribadah dalam situasi dan kondisi apapun. Mereka merasa rugi jika waktu-waktunya tidak diniati untuk ibadah, tiada waktu yang terbuang percuma untuk mengingat Sang Kholiq dengan banyak membaca dzikir, sholawat bahkan mengagumi akan kebesaran-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT Sungguh Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk menyembah-Ku
3. INTIZHORUL AUQAAT
Rindu menanti-nanti lima waktu ibadah dan waktu mustajabah dalam sunnah , sangat takut ketinggalan dan sangat sedih kalau sampai tidak mengamalkannya, seperti penikmat Tahajjud, dhuha, sholat tasbeh, mereka sedih dan sangat menyesal siang harinya walaupun tanpa sengaja meninggalkannya. Karena waktu mustajabah tersebut tidak akan kembali lagi, hanya penyesalan yang dirasakan bagi hamba yang intizhorul auqaat. Kerinduannya melebihi kecintaan pada dunia beserta isinya, totalitas dalam ibadah sudah mendarah daging di sanu barinya.
4. SELALU BERDOA
Doa adalah kepasrahan seorang hamba atas apa yang telah dilakukan, diupayakan diperjuangkan hanya mengharap keridhoan-Nya. Setiap selesai ibadah agar dimaafkan kekurangan, kesalahan dan diterima ibadahnya. Hamba tidak pernah merasa puas berdoa walau permintaannya masih belum di kabulkan. Akan tetapi tetap saja melakukan sujud, menengawah wajahnya untuk mendapatkan keridhoan-Nya. Doa yang tidak dikabulkan secara cepat pasti ada hikmah dibalik tertolaknya doa.
Maka Kekuatan yang Maha Dahsat adalah Doa akan mengalahkan semua perbuatan yang dilakukan dengan tanpa doa. Hamba yang beramal sholeh tanpa diiringi doa, maka dikatakan hamba yang sombong, congkak dan merasa dirinya kuat untuk melakukan sesuatu tanpa minta pertolongan dan kekuatan Allah SWT
5. MUDAH MENANGIS
Perbuatan menangis dalam beribadah bukanlah perbuatan cengeng yang dikonotasikan negative mayoritas manusia. Namaun menangis karena nikmatnya rindu pada Allah SWT dalam ibadahnya, sujud tersungkur menangis karena-Nya sebagaimana dalam QS. Maryam : 58, yang artinya :
Mereka itulah sebahagian dari Nabi-nabi yang telah dikurniakan Allah nikmat yang melimpah-limpah kepada mereka dari keturunan Nabi Adam, dan dari keturunan orang-orang yang Kami bawa (dalam bahtera) bersama-sama Nabi Nuh, dan dari keturunan Nabi Ibrahim, dan (dari keturunan) Israil- dan mereka itu adalah dari orang-orang yang Kami beri hidayah petunjuk dan Kami pilih. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat (Allah) Ar-Rahman, mereka segera sujud serta menangis
Menangis dalam beribadah merupakan wujud menyesalan diri atas dosa yang telah dilakukan, sedih takut perbuatan dosa tersebut tidak di ampuni Allah SWT. Menangis setulus hati mengantarkan hamba lebih dekat dengan Allah SWT, kedekatannya inilah yang diharapakan hamba agar mendapatkan Rahmad-Nya.
Kadang kala menangis dengan sekuat tenaga tetapi seakan bertamba jauh dengan Dia, artinya menangis tidak setulus hari yang mereka lakukan. Dosa yang dilakukan tanpa sengaja seperti apa yang telah dilakukan Syalabah sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling di cintai ketika dia berjalan menelusuri rumah. Tiba-tiba tanpa disadari melihat seorang wanita sedang mandi telanjang, maka pandangan matanya menuju kearah wanita tersebut.
Syalabah menangis atas doa yang dia perbuatan sampai akhirnya dia mengasingkan diri ke gunung untuk bertaubat selama 40 hari. Akhirnya Rasulullah SAW mencari dia diimana keberadaan Syalabah, dengan bantuan para sahabat lainya, Syalabah ditemukan di gunung lalu diajak pulang oleh sahabat.
Ketika ketemu Rasulullah SAW Syalabah bercerita bahwa dia telah melakukan doa tersebut. Begitu menyesalnya dia atas dosa yang dilakukan tanpa kesengajaan melihat wanita mandi. Tidak hanya menangis yang dia lakukan bahkan mengasingkan diri dari keramaian masyarakat agar dosanya di ampuni. Bagaimana dengan kita apakah ketika kita melakukan doa kecil telah melakukan taubat takarrub illah dengan menangis mata membengkak ??.
Mungkin hal ini sepeleh di pandang mata bagi hamba kwalitas imannya rendah. Kita sering meninggalkan dzikir badah sholat, merasa sholat kita sempurna mulai takbiartul ihrom sampai salam. Imam Ghozali dalam kitab Ihya Ulumuddin memberikan tausiah, manusia ketika sholat tidak mungkin khusyu mulai awal sampai akhir. Pasti ada waktu ketika sholat kita berfikir, ingat anak istri, ingat makan, ingat harta, ingat pekerjaan yang muncul secara tiba-tiba. Akhirnya sholat kita terhijab dengan urusan dunia, kekhusyuan sholat terganggu, lalu bagaimana nilai sholat kita.?. Keterputusan hamba ke Sang Kholiq ketika ibadah sholat mengakibatkan ibadanya tidak sempurnah. Ketidak sempurnaan tersebut bisa ditutupi dengan tidak berburu-buru beranjak meninggalkan tempat ibadah selesai sholat.
Tuntunan Rasulullah SAW, selesai sholat kita duduk dengan khusyu dengan membaca :
1. Astaghfirullaahal-`azhiim, alladzii laa ilaaha illaa huwal¬hayyul-qayyuum, wa atuubu ilaiih 3 X
"Saya mohon ampun kepada Allah Yang Mahabesar, tidak ada tuhan melainkan Dia, Yang Mahahidup yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya, dan saya bertobat kepada-Nya. "
2. Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syarikalah, lahul-mulku wa lahul-hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa `alaa kulli syai'in qadiir.
"Tidak ada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nyalah segala kerajaan, dan bagi-Nya segala puji. Dialah yang menghidupkan dan memati¬kan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu." .
7. HALUS LEMBUT HATINYA, PENUH BELAS KASIH, DERMAWAN
Kelembutan hati, penuh belas kasih dan dermawan adalah sifat-sifat terpuji yang dimiliki Rasulallah SAW. Ada jaminan seorang hamba Allah yang terpuji, amal ibadah 100 % diterima. Bagaimana dengan umatnya agar ibadahnya diterima walau tidak 100 % ?. Maka umatnya harus mengikuti suri tauladan yang dimiliki Nabi Muhammad SAW, agar terbimbing dalam ibadah mahdhah dan ghoiru mahdhah.
Halus lembut hatinya memiliki makna seorang hamba dalam tutur kata, pola tingka laku mencerminkan suara hati. Tutur katanya mengandung nasehat menyejukkan hati yang diajak bicara tidak mudah menyakiti hati. Penuh belas kasih adalah wujud nyata bagi hamba tidak membeda-bedakan antara si kaya si miskin. Apa yang dilakukan dalam kehidupan social masyarakat karena bagian dari anggota masyarakat luas. Di samping itu juga kedermawanan meningkat terhadap fenomena masyarakat yang membutuhkan maupuan tidak membutuhkan. Sifat-sifat tersebut akan tertanam dalam hati hamba, jika kita punya semangat untuk meneladani sirrah Nabi Muhammad SAW.
8. SAKKANUN
Sakkanun adalah kedamain hati dalam hidup. Setiap insan manusia sangatlah mendambakan kedamain hati dalam hidupnya. Tidaklah mungkin, bagi hamba untuk mencapai kemesraan yang klimaks dengan Allah SWT tidak merasakan sakkanun. Ketenangan jiwa akan dirasakan ketika seorang hamba mengabdikan diri secar totalitas untuk beribadah. Maka dari itu kedamaian hati kadang kalah bertolak belakang dengan kedamaian jiwa. Ada orang kaya secara materi orang lain bisa menilai dia sangat bahagia, tetapi hatinya gunda gulana. Dari segi materi seorang hamba kelihatan sangat miskin materi, namun dia selalu merasakan kenikmatan yang luar biasa. Ini menandakan kaya materi bukan jaminan mereka kaya hati.
9. ISTIQAMAH MENJAGA IBADAH
Istiqomah menjaga ibadah bahasa lainnya adalah konsistensi dalam ibadah/komitmen dalam ibadah untuk selalu senang apa yang dilakukan guna menambah nilai ibadah serta meningkatkan hubungan vertical secara sempurna. Allah SWT akan menilai hambanya karena ke-Istiqomah-an dalam menjalankan ibadah walaupun apa yang dia lakukan sedikit amal perbuatannya.
Dalam hal lain, bagi hamba akan merasakan ibadahnya diterima oleh Allah SWT, ketika dalam keistiqomaanya menjalankan ibadah. Dia merasakan kehadiran Allah SWT membimbing perilaku, ucapan dan hati untuk meningkatkan ketaqwaannya. Tutur kata, sopan santun dalam bergaul mencerminkan Allah SWT membimbing untuk mengajak orang lain berbuat kebajikan.
10. SENANG BERKUMPUL DENGAN ORANG-ORANG YANG SUKA IBADAH
Ciri lain ibadah seorang hamba diterima amalnya adalah senang/suka berkumpul dengan orang yang suka ibadah/suka berkumpul dengan orang sholeh/sholehah. Kehidupan seseorang tergantung juga pada teman bergaulnya. Makna kiasannya jika kita bergaul dengan orang jual minyak wangi pasti kita akan juga ikut wangi, jika kita bergaul dengan orang yang suka ibadah pasti kita juga ikut suka ibadah.
Tidak hanya ibadah yang bersifat vertical saja namun ibadah horizontal mereka lakukan. Sebagai makhluk social seorang hamba tidak bisa lepas perannya dari orang untuk bersama-sama meningkatkan nilai ibadahnya. Orang lain akan membantu kita dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
11. SENANG MENDAKWAHKANNYA
Apa yang dia pelajari, selalu senang menyampaikan kepada orang lain untuk berbuat kebajikan dalam hidupnya. Memang dalam berdakwah tidak semudah apa yang kita bayangkan, banyak hambatan, rintangan, cacian namun tetap semangan menyampaikan kalam illahi dan sabda Nabinya untuk menuju keridhoan yang diridhoi Allah SWT. Tidak mudah putus asa, tidak merasa lelah untuk berbagi ilmu dimanapun dia berada. Syaiyidina Ali bin Bin Abi Tholib Ra berkata ibadah yang sangat mulya di hadapan Allah SWT ada 5 :
a) Menyambung tali silaturrohim terhadap orang yang telah memutus tali silaturrohim
b) Memaafkan kesalahan orang yang telah berbuat salah
c) Suka shodaqoh walau dalam keadaan fakir
d) Tidak dendam terhadap orang yang telah berbuat dzolim
e) Semangat dalam berdakwah
Dalam atsar shahih lainnya Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu juga berkata dihadapan sahabat-sahabatnya, Sesungguhnya kalian (sekarang) berada di zaman yang banyak terdapat orang-orang yang berilmu tapi sedikit yang suka berceramah, dan akan datang setelah kalian nanti suatu zaman yang (pada waktu itu) banyak orang yang pandai berceramah tapi sedikit orang yang berilmu([2]).
12. QANAAH SENANTIASA BERSYUKUR
Apa yang dilakukan, apa yang diusahakan semuanya dipasrahkan kepada sang kuasa Allah SWT. Dalam kehidupan ini manusia hanya sebagai model/wayang untuk melakukan perbuatan apa yang diperintahkan oleh desainer/dalang sang Maha Desainer/sang Maha Dalang yaitu Allah SWT. Menerima ketentuan Allah SWT atas apa yang telah diperbuat seorang hambah akan menambah ras syukur meskinpun apa yang diharapkannya tidak terkabulkan.
Hamba tersebut khusnudhon pada Allah SWT pasti ada hikmah dibalik hajat yang dinginkannya. Namun hamba tersebut tambah bersyukur, mungkin dengan apa yang dia lakukan akan menambah nikmat yang akan diberikan Allah SWT yang lebih besar lagi. Qonaah senantia bersyukur merupakan ciri-ciri amal seseorang diterima oleh Allah SWT karena kepasrahannya secara totalitas.
Kesimpulannya adalah bagaimana amal sholeh itu bisa diterima Allah SWT maka kita harus pertama ; Ikhlas, hubbul ibadah, intizhorul auqaat, selalu berdoa, mudah menangis, tidak buru-buru beranjak meninggalkan tempat ibadah selesai sholat, bersifat halus lembut hatinya, penuh belas kasih, dermawan pada orang lain, sakkanun (kedamain hati dalam hidup), istiqomah dalam ibadah, senang berkumpul dengan orang-orang yang suka ibadah, senang berdakwah dan qonaah mensyukurinya.
Penulis : EDI NANANG SOFYAN HADI, M.Pd, Guru Fiqih MAN Lumajang
Editor : Redaksi