Perempuan Peduli

Tya Soegito Ingin Kenalkan Pariwisata Lumajang ke Dunia

Penulis : lumajangsatu.com -
Tya Soegito Ingin Kenalkan Pariwisata Lumajang ke Dunia
Tya Soegito saat menghadiri kegiatan komunitas peduli pariwisata tingkat Jawa Timur.

Lumajang (lumajangsatu.com) - Nama  asli Satiam dan populer dipanggil Tya Soegito. Perempuan ini, Gayanya yang pemberani dan petualang membuatnya dikenal. Sangat konsisten untuk mengenalkan dunia pariwisata Lumajang dan kreatifitas anak muda.

Dia Kelahiran Lumajang,  25 Juli 1974  , menikah dengan Soegito dan telah dikaruniai 3 anak.  Bertempat tinggal di Jogoyudan, Kec. Lumajang, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Selain dikenal sebagai seorang ibu yang ramah dan penuh semangat, Tya juga dikenal sebagai sosok yang peduli dengan siapapun di sekitarnya. Ia adalah ibu yang memiliki kasih sayang besar untuk keluarga besarnya.

BACA JUGA  : Vera Karina dari Model Terjun ke Dunia Film ingin Go Nasional

Tahun 1987-1989 dia sudah aktif di berbagai organisasi di sekolahnya, kala itu duduk di bangku SMP sudah mewakili Dianpinru di Sidoarjo dan ke cibubur .

Awal mula kecintaannya terhadap wisata dimulai sejak Kelas 1 SMA,  dia mengikuti Pecinta Alam.  Gunung yang kali pertama di daki adalah Semeru,  mendaki dengan 4 teman laki-laki dan 3 orang perempuan.

"Menyesatkan jalan ke Semeru dulu,  tidak seperti sekarang  sudah ada jalur dakiannya, begitupun jikalau melewati ranupani jalannya berbatu, Saya mendaki dengan modal barang bawaan tidak semahal seperti sekarang, karena dulu saya mendaki apa adanya berbekalkan tas Tentara sebagai tas Carrier dan tidak ada yang namanya sepatu gunung" Ujar dia yang bernostalgia masa putih abu-abu
Tiya_Soegito_1Tiya_Soegito_1
Kelas 2 SMA dia inters terhadap musik beraliran Rock, hingga membawanya mengikuti festival musik ke berbagai kota dan kala itu dia mendapatkan juara vokal terbaik tingkat Jawa Timur Musik Band saat lomba di Jember.

"Saya awalnya tidak percaya kalau group band kami akan mendapatkan Tropi Rock Slebor dikarenakan perwakilan dari Lumajang itu kecil-kecil anaknya, sedangan yang dari Surabaya tinggi-tinggi, badan penuh tatto, rambut panjang , membuat tidak Percaya Diri tetapi Band kami tidak gentar dengan hal itu" kata dia sambil mempraktikkan gaya centilnya kala itu.

Tahun 1994 dia menikah sambil kuliah di STKIP PGRI Lumajang, membuatnya berhenti mengikuti segala rutinitas yang melalang Buana  karena fokus mengurusi rumah tangga. Ketika anak-anak sudah beranjak dewasa sang suami memberikan ruang untuk meneruskan hobbynya.


BACA JUGA : Wiwid Deki Selvian "JOS" Ingin Promosikan Lumajang Lewat Film Indie


"Alhamdulillah suamiku memberi kepercayaan untuk meneruskan hobby yang dulu, dan dia berterimakasih karena saya telah merawat dan mendidik putra-putriku hingga besar dengan sepenuh hati" Ujar dia.

Setelah lama vakum kini kembali lagi berinteraksi dengan teman-teman untuk menyalurkan hoby mendaki dan suka mbolang. Kali pertama gabung di Group Lumajang.

"Saya kembali menjelajah alam Lumajang, menginjakkan kaki ke B29 bersama Ainun, Suwarso dan Admin Group Lumajang lainnya. Tujuan kami untuk menjelajah alam ini bukan untuk popularitas tetapi kami peduli terhadap wisata lumajang,  kala itu kami tidak mengenal Bupati, dan kami bergerak dari hati" ujarnya.

Tahun 2016 dia gabung di MTMA Jawa Timur dari situlah mengepakkan sayapnya untuk mengenalkan potensi Lumajang , hingga dia dipercaya untuk menghandle sebuah acara Fun Camp ke 4 My Trip My Adventure bertempat di B29 Argosari -Lumajang.

Berbagai tuduhan dan cibiran dia dapatkan oleh netizen tetapi semangatnya tak gentar akan hal itu, karena dia mengabdi untuk kemajuan Lumajang sesuai bidangnya yaitu sebagai pegiat wisata. Tahun 2017 dia masuk dalam HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) terdiri dari berbagai guided yang ada di Indonesia.  Tahun 2018 dia telah bersertifikat sebagai guide HPI yang ada di Lumajang. Ketertarikan nya terhadap wisata membuahkan hasil untuk terus berkarier.

"Harapan kedepan semoga Lumajang semakin baik, baik sektor pariwisata maupun Sumber Daya Manusianya karena saya ingin dan terus mengenalkan Lumajang ke kancah nasional maupun internasional bahwa Lumajang itu adalah surga yang tersembunyi" sambungnya. (ind/red)

Editor : Redaksi

Opini

Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan

Lumajang - Saat ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan sudah sangat maju khusus pada bidang kesehatan. Dengan adanya kemajuan tersebut segala hal akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan, seperti dalam hal mendiagnosis penyakit dan menentukan kemungkinan waktu kematian seseorang dengan tingkat akurasi tinggi dan hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis. Bahkan para dokter kini pun juga dapat memberikan bantuan dalam mengakhiri kehidupan pasien  dengan kondisi medis yang memiliki tingkat kesembuhan relatif rendah atau dalam kondisi penyakit terminal. Proses ini dikenal dengan istilah Euthanasia (Fahrezi & Michael, 2024).

Dibuat Dari Bambu Muda

Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, Krecek Bung Kuliner Asli Lumajang Bertekstur Daging Empuk

Lumajang - Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali menorehkan kebanggaan di kancah nasional. Salah satu kuliner tradisional khasnya, Krecek Rebung, resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia pada 16 November 2024. Pengakuan ini menjadi bukti keunikan dan kekayaan budaya lokal Lumajang yang terus dilestarikan.