Sukodono - Redupnya ekonomi akibat pandemi membuat banyak orang seperti tak lagi mempunyai karsa. Sepertinya tak dialami Paiman, seorang perias manten dan pengrajin blangkon asal Dawuhan Lor, Kecamatan Sukodono.
Paiman menyampaikan bahwa panggung-panggung pagelaran seni yang mulai sepi dan job-job rias manten pun turut berkurang akibat kegiatan sosial yang harus dibatasi. Hal ini membuat pendapatannya berkurang drastis.
Baca juga: Komisi B DPRD Lumajang Dukung Ranupani Jadi Desa Tangguh Bencana - DESTANA
"Kalau sebelum pandemi pendapatan agak lancar, setelah kena pandemi cari pemasukan sulit sekali, untungnya sekarang ASN Lumajang diharuskan memakai pakaian adat Lumajang, ya itu pemasukan saya," ujar Paiman.
Baca juga: BPBD Resmi Bentuk Desa Tangguh Bencana di Ranupani
Pandemi memaksanya putar otak demi memenuhi perut yang harus diisi. Berkah bagi Paiman dan para pengrajin blangkon lainnya tentang penggunaan Pakaian Khas Lumajang setiap Tanggal 15.
Hal ini membuat para ASN mulai berburu Pakaian Khas Lumajang. Total, saat ini ia mendapatkan pesanan sebanyak 1.300 pasang blangkon dan sembong.
Baca juga: Tanggul Terkikis Lahar Dingin, Warga Sumberwuluh Tetap Waspada dan Bergotong Royong
"Ada pesanan banyak kayak gini menjadi berkah bagi saya dan para pengrajin blangkon, teman-teman perias dan sanggar tari yang sepi job, mereka bisa memasarkan blangkon nanti bagi hasil titik edang (sedikit-sedikit, red)," ujarnya. (Komfo/ls/red)
Editor : Redaksi