Kedungjajang - Mahasiswa Universitas Jember diterjunkan kuliah kerja nyata (KKN) bertajuk KKN Back To Village (BTV) III. Setiap mahasiswa mengajukan pendampingan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar terus bertahan di tengah pandemi Covid 19.
Ainul Rahayuningtias mendamingi enjual es kelapa (es degan) di jalan raya Desa Wonorojo. Penduduk Wonorejo mata pencaharian berada pada sektor-sektor usaha yang berbeda-beda, sebagian besar di sektor UMKM dan Sebagian besar di sektor buruh bangunan dan buruh tani.
Baca juga: Dam Boreng Hampir Rampung, Air Akan Aliri Ratusan Hektar Persawahan di Lumajang
Salah satu UMKM yang berada di Desa Wonorejo yaitu usaha es degan yang telah dijalankan oleh ibu Mutmainnah selama kurang lebih 3 tahun. Adanya pandemic covid 19 yang terjadi saat ini menyebabkan diberlakukan kebijakan baru oleh pemerintah, dimana hal tersebut sangat berpengaruh terhadap usaha yang ibu Mutmainnah jalankan.
Kebijakan PPKM contohnya, menyebabkan berkurangnya pelanggan sehingga pendapatan ibu Mutmainnah pun menurun. Mengacu dari permasalahan tersebut, mahasiswi KKN Back To Village III Ainul Rahayuningtias merealisasikan program kerja edukasi digital marketing guna meningkatkan penjualan ibu Mutmainnah selama masa pandemic COVID-19.
Baca juga: Diterjang Ombak, Akses Jalan Alternatif Pasirian-Tempursari Lumajang Putus Total
Selain itu diberikan beberapa inovasi baru pada varian rasa dan pengemasan. Menurutnya, program kerja yang dijalankan memiliki dampak yang signifikan terhadap penjualan makanan dan minuman.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam betuk kuliah kerja nyata (KKN) Back To Village III di Desa Wonorejo, Kecamatan Kedungjajang diadakan mulai tanggal 11 Agustus sampai dengan 9 September 2021. Beberapa program kerja yang dijalankan antara lain mengedukasi penjual tentang aplikasi jualan online, memberikan pelatihan terkait inovasi pada varian rasa yaitu pelatihan membuat es degan alpukat.
Baca juga: Maling Motor Asal Lumajang Beraksi 15 Lokasi di Kabupaten Jember
Diharapkan, dengan adanya varian rasa pada es degan dapat menarik perhatian pelanggan. Es degan alpukat banyak dijual di wilyah Jember, namun masih jarang ditemukan di wilyah Lumajang. Padahal, Lumajang juga memiliki potensi besar alpukat di Kecamatan Klakah, Randduagung dan Ranuyoso.
Dengan inovasi es degan alpukat, diharapkan nilai jual akan semakin tinggi dan banyak diminati. Harga es degan biasa Rp 4.000, namun jika ditambah alpukat bisa jadi Rp 5.000-6.000. "Kita lihat di Lumajang belum banyak, mungkin juga belum ada yang jual es degan alpukat, jadi kita inovasikan pada UMKM dampingan KKN UNEJ," pungkasnya.(Red)
Editor : Redaksi