Berlangsung Meriah

GGBTK di Pura Mandara Giri Kenalkan Budaya Lumajang Pada Anak Muda

lumajangsatu.com
Even Galang Gerak Budaya Tapal Kuda (GGBTK) di Pura Mandhara Giri Semeru Agung Lumajang

 

Lumajang - Sebagai bagian dari rangkaian even Galang Gerak Budaya Tapal Kuda (GGBTK), panitia Kabupaten Lumajang menggelar pertunjukan multibentuk di Gedung Serbaguna Pura Mandara Giri Semeru Agung, Senduro, Minggu (29/10/2023) Pertunjukan di Senduro tersebut menghadirkan ragam pertunjukan yang mayoritas pelakunya adalah gen Z. Mereka berasal dari sanggar-sanggar seni di kawasan Senduro dan Lumajang. 

Baca juga: Dam Boreng Hampir Rampung, Air Akan Aliri Ratusan Hektar Persawahan di Lumajang

“Kami memang melibatkan kaum muda agar mereka memiliki pengalaman estetik dan emosional dalam memajukan ragam budaya lokal. Sebagus apapun budaya kita, kalau kaum muda tidak mau melanjutkan, ya percuma,” jelas Wira Dharma, panitia event di Senduro. 

Puluhan para penari remo Lumajangan diiringi tabuhan gamelan menyambut ratusan warga masyarakat dan undangan. Para penari yang merupakan pelajar SMA seperti mengajak penonton untuk hidup dalam kegembiraan dan semangat di tengah-tengah permasalahan yang dihadapi.

Tari Batik Lumajang menjadi sajian berikutnya yang tidak kalah menarik. Tari ini bertutur tentang keunikan batik Lumajang yang bermotif pisang. Selain menghibur, tari ini juga mengajak masyarakat untuk mencintai dan menggunakan batik sebagai karya budaya yang mengusung karakteristik lokal Lumajang. Tari godril kreasi dan godril klasik yang diambil dari pertunjukan tayub menyapa penonton melalui gerak gemulai penari. Mereka diajak kembali untuk menikmati khasanah lokal yang sudah dikreasi-ulang sehingga kaum muda tertarik untuk ikut menari. 

Tari topeng Kaliwungu kembali dihadirkan karena kesenian ini merupakan salah satu kekayaan budaya Lumajang yang sudah diakui sebagai warisan budaya tak benda (WBTB), sehingga perlu terus disebarluaskan. Para penari dengan pakaian merah yang melambangkan ketegasan dan keberanian menyuguhkan gerakan-gerakan atraktif Prabu Baladewa. 

Setelah itu, para penonton diajak bergeser ke halaman gedung serbaguna untuk menyaksikan atraksi dua jaran kencak beserta pemiliknya. Atraksi kedua kuda tersebut memukau penonton, sehingga banyak dari mereka yang merekam dengan kamera HP. 

Baca juga: Diterjang Ombak, Akses Jalan Alternatif Pasirian-Tempursari Lumajang Putus Total

Pertunjukan jaran slining melengkapi pertunjukan jaran kencak. Tari jaran slining merupakan kreasi berbasis tari jaran kencak. Beberapa penari dengan riang gembira melakukan gerakan-gerakan unik seperti jaran kencak.

Untuk menunjukkan semangat kerjasama antar sanggar dan gen Z, panitia juga menyuguhkan tari kolaborasi yang diikuti semua penampil. Mereka menyuguhkan tari dan musik yang memadukan kekayaan budaya Jawa, Madura, dan Tengger. 

Ini membuktikan bahwa keragaman etnis dan agama di Senduro merupakan keindahan kalau warga masyarakat dan pelaku seni bisa memaknainya dengan jalan kebudayaan. Artinya, bermodal kreativitas dan semangat kerukunan, perbedaan akan menjadi sumber kultural untuk menghasilkan karya estetik yang menghibur sekaligus menuntun. 

Baca juga: Maling Motor Asal Lumajang Beraksi 15 Lokasi di Kabupaten Jember

Sebagai penutup, para seniman mempersembahkan jaranan campursari yang sangat digemari kaum muda. Para penari jaranan dan penyanyi mengajak penonton untuk menari dan menyanyi bersama, meluapkan kegembiraan karena even GGBTK di Lumajang berlangsung sukses. 

“Kesuksesan GGBTK di Pura Mandara Giri Semeru Agung membuktikan bahwa kaum  muda, sanggar seni, tokoh adat, dan tokoh agama, bisa melakukan kerjasama untuk terus memajukan budaya Lumajang sebagai bagian dari kawasan Tapal Kuda. Kami berharap, even ini bisa berlangsung tahunan dan bisa melibatkan semakin banyak pelaku budaya,” pungkas Wira yang diamini banyak penampil di sela-sela istirahat. 

Event GGBTK di Lumajang dan Senduro memang memiliki keistimewaan karena mampu merangkul gen Z sebagai penampil dan mengajak para content creator. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa kerja-kerja pemajuan budaya di Tapal Kuda bisa menghadirkan energi muda untuk keragaman Indonesia dan menjaga benteng bangsa melalui aktivitas yang meluas di peradaban digital.(Yd/red)

Editor : Redaksi

Politik dan Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru