STAPA Center Sosialisasi Mengurangi Pekerja Anak di Area Perkebunan Tembakau

lumajangsatu.com
Seminar STAPA Center Lumajang

Baca juga: Denny Caknan Sukses Menghibur Pendukung Paslon 02 Indah-Yudha di Stadion Semeru Lumajang

Lumajang(lumajangsatu.com)- PT HM Sampoerna Tbk, melalui payung program Sampoerna Untuk Indonesia (SUI) bekerjasama dengan STAPA Center Bangil dan KBM Mutiara Mandiri Desa Jokarto Tempeh Lumajang menggelar seminar dengan tema Peningkatan Pemenuhan Hak Anak Atas Pendidikan dalam Upaya Mengurangi Pekerja Anak di Area Pertanian Tembakau. Seminar serupa dilaksanakan di empat area, yaitu Jember, Probolinggo, Jombang dan Rembang.

"Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak keluarga petani tembakau agar lebih memperhatikan pentingnya pendidikan bagi anak-anak," ujar Da'im Ketua STAPA Center Lumajang, Selasa (30/12/2014).

Semnetara itu, ini,ungkap Eri Andriani mewakili Direktur Stapa Center menyatkan, pengalaman mendampingi para petani tembakau di 11 kabupaten selama empat tahun, STAPA menemukan bahwa petani menginginkan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anaknya. Sekitar 80% petani  yang kami damping berusia lebih dari 40 tahun dengan pendidikan setingkat sekolah dasar (SD). Harapannya, anak-anak mereka dapat menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Kendalanya adalah akses layanan pendidikan tingkat menengah, termasuk jarak dan biaya transportasi. Oleh karena itu, misi pemerintah untuk meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dan memperluas keterjangkauan layanan pendidikan akan membantu merealisasi harapan petani. Dalam hal ini, STAPA Center terus mendorong kesadaran petani tentang pendidikan anak-anak ini.

Sejak tahun 2011, STAPA Center bekerjasama dengan Sampoerna telah menyelenggarakan program pemberdayaan keluarga petani tembakau di 11 kabupaten di propinsi JawaTimur, Jawa tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Lampung.  Hingga tahun 2014, program ini telah menjangkau lebih dari 2.700 petani.

Komitmen yang dibangun dengan petani tembakau dalam Community Learning Group (CLG) /Kelompok Belajar Komunitas adalah untuk meningkatkan akses pendidikan anak-anak dan melarang mereka untuk terlibat dalam Kegiatan pertanian tembakau. Upaya ini dilakukan bertahap dengan mempertimbangkan kondisi budaya masyarakat. 

STAPA Center melatih petani tembakau yang bergabung dalam CLG untuk mensosialisasikan Agriculture Labor Practices / Praktik Tenaga Kerja Pertanian (ALP). Selain itu, CLG juga mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan dengan mengelolah sampah menjadi barang bernilai ekonomis, membentuk kelompok usaha produktif dan menguatkan organisasi kelompok tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

Dalam menjalankan program ini, CLG besama STAPA CENTER bermitra dengan SKPD terkait (Dinas Pertanian dan Kantor Perkebunan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pendidikan, dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi) di wilayah  masing-masing.

Salah satu prinsip dasar ALP adalah pelarangan terhadap keterlibatan pekerja anak dalam praktek ketenagakerjaan di area pertaniantembakau. Inisiasi program ini merupakan perwujudan komitmen Sampoerna untuk berkontribusi terhadap masyarakat luas, salah satunya ialah dengan melakukan upaya pencegahan pekerja anak di area perkebunan tembakau," jelasnya.

Pihaknya berharap kontribusi STAPA dapat mendorong pemerintah untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan bagi anak-anak keluarga petani tembakau, sehingga jumlah pekerja anak dapat terus berkurang.

Sejak tahun 1999, Indonesia telah berkomitmen melakukan tindakan pengurangan dan penghapusan pekerja anak.  Berdasarkan laporan yang digagas ILO bersama Bank Dunia, UNICEF dan Bappenas dalam Understanding Children Work (UCW) tahun 2012, jumlah pekerja anak di Indonesia berusia 7 14 tahun sebanyak 2,3 juta.

"Sebanyak 58% anak-anak bekerja di sektor pertanian. Tingginya angka keterlibatan anak-anak dalam sektor pertanian ini memerlukan perhatian dari berbagai pihak mengingat pekerjaan di sektor pertanian memiliki risiko berbahaya bagi kesehatan anak berkaitan dengan penggunaan bahan kimia, mesin besar dan alat-alat berbahaya lainnya serta kondisi iklim yang ekstrim," ujar Taruli Aritonang, Manager Contribution & CSR PT HM Sampoerna Tbk.(Yd/red)

Editor : Redaksi

Politik dan Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru