Lumajang(lumajangsatu.com)- Disamping persoalan penyempitan dan pendangkalan Ranu Pane akibat Sedimentasi, persoalan sampah juga menjadi masalah bagi wisata Semeru. Pasalnya, dengan semakin banyaknya kujungan wisatawan, maka potensi sampah yang ditinggalkan juga semakin banyak.
"Kita juga amat kesulitan dengan semakin banyaknya kunjungan wisatawan ke Ranu Pane dan yang melakukan pendakian, karena sampah yang ditinggalkan juga semakin banyak," ujar Toni Artaka staf Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) saat ada kunjugan Komisi C DPRD Lumajang, Selasa (03/02/2015).
Selama tahun 2014, pihak TNBTS bersama dengan warga Ranu Pane melakukan evakuasi sampah sekitar 18 truck. Karena minimnya alat pengelahan, maka hanya sekitar 10 persen saja yang bisa diolah, dan sisanya kemudian di dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) yang ada di Malang.
"Selama tahun 2014 kemaren, kita evakuasi sampah sebanyak 18 truck dan lebih besar tidak bisa diolah," paparnya.
Dengan Kujungan Komisi C DPRD Lumajang dan para SKPD, TNBTS mengusulkan agar ada pembinaan bagi warga Ranu Pane untuk pengelohan sampah. Sehingga sampah yang ditinggalkan oleh pendaki bisa menambah penghasilan bagi warga sekitar.
"Kita minta kepada pemerintah agar ada pembinaan bagi warga, sehingga bisa melakukan pengolahan sampah menjadi barang yang bisa dijual kembali," jelasnya.
Sementara itu, Nurul Huda kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang ikut dalam kunjungan tersebut berjanji untuk memberikan pelatihan bagi warga sekitar untuk pembentukan bank sampah. bahkan, Nurul berjanji memberikan bantuan alat pencacah sampah plastik.
"Karena tahun 2015 sudah didok anggarannya, maka kita akan usulkan pada tahun anggaran 2016 untuk bantuan alat pencacah sampah plastik," terangnya.(Yd/red)
Editor : Redaksi