Trauma Healing Pasca Insiden Salim Kancil, Para Polwan Sapa Siswa SD Selok Awar-awar

lumajangsatu.com

Lumajang (lumajangsatu.com) - Insiden kemanusiaan yang terjadi di desa Selok Awar-awar berdampak kepada banyak bidang. Polisi tidak hanya menfokuskan kepada penagkapan para pelaku pembunuhan, namun fokus pada pemulihan kondisi masyarakat, terutama kondisi psikologis bagi anak-anak yang melihat langsung insiden pembunuhan antivis nati tambang Salim Kancil.

"Kita juga fokus pada proses pemulihan pasikologis atau trauma helaing bagi anak-anak yang menyaksikan langsung penyiksaan pak Salim Kancil di Balai Desa," ujar Gatot Budi Kasubag Humas Polres Lumajang, Rabu (07/10/2015).

Baca juga: Mahasiswa STKIP PGRI Lumajang Lolos KKN Internasional Tahun 2025

Secara bertahap, sejumlah personel polisi khusunya polisi wanita (polwan) datang dan menyapa anak-anak TK dan Puad yang ada di dekat lokasi peenyiksaan. Para polwan itu juga datang ke Sekolah Dasar (SD) dimana anak Salim Kancil dan Anak Tosan Bersekolah.

Baca juga: Expo Gebyar Prestasi Kurikulum Merdeka Digelar di Alun-Alun Lumajang

"Kalau anak pak Salim Kancil lebih tenang mas, namun anak pak Tosan yang masih kelas V SD saat kita sapa masih gemetar, mungkin takut jika melihat orang baru," terang Claudya Visca Alvareza, anggota polwan yang ikut menemuai anak-anak desa Selok Awar-awar.

Meski lebih tenang, anak Tosan ternyata lebih menyimpan rasa dendam karena melihat sendiri ayahnya diseret. Kondisi psikologis itu diceritakan oleh istri almarhum Salim Kancil yang juga meminta kepada para polwan agar ikut memberikan pemahaman anaknya agar tidak memendam dendam.

Baca juga: Komisi D DPRD Lumajang Minta Kekurangan Tenaga Pendidik Segera Diselesaikan

"Nak pak Salim memang lebih tenag, tapi kata istri pak Salim anaknya itu memendam dendam, sehingga istri pak Salim meminta kita ikut memberikan perhatian agar menyadarkan anaknya itu, agar tidak menyimpan dendam," pungkasnya.(Yd/red)

Editor : Redaksi

Politik dan Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru