Lumajang (lumajangsatu.com) - Insiden kemanusiaan yang terjadi di desa Selok Awar-awar berdampak kepada banyak bidang. Polisi tidak hanya menfokuskan kepada penagkapan para pelaku pembunuhan, namun fokus pada pemulihan kondisi masyarakat, terutama kondisi psikologis bagi anak-anak yang melihat langsung insiden pembunuhan antivis nati tambang Salim Kancil.
"Kita juga fokus pada proses pemulihan pasikologis atau trauma helaing bagi anak-anak yang menyaksikan langsung penyiksaan pak Salim Kancil di Balai Desa," ujar Gatot Budi Kasubag Humas Polres Lumajang, Rabu (07/10/2015).
Baca juga: 1.739 Anak Lumajang Putus Sekolah
Secara bertahap, sejumlah personel polisi khusunya polisi wanita (polwan) datang dan menyapa anak-anak TK dan Puad yang ada di dekat lokasi peenyiksaan. Para polwan itu juga datang ke Sekolah Dasar (SD) dimana anak Salim Kancil dan Anak Tosan Bersekolah.
Baca juga: Pelajar SMP Negeri 1 Candipuro Lumajang Dikenalkan Pada Isu-isu Kependudukan Lewat Metode Inovatif
"Kalau anak pak Salim Kancil lebih tenang mas, namun anak pak Tosan yang masih kelas V SD saat kita sapa masih gemetar, mungkin takut jika melihat orang baru," terang Claudya Visca Alvareza, anggota polwan yang ikut menemuai anak-anak desa Selok Awar-awar.
Meski lebih tenang, anak Tosan ternyata lebih menyimpan rasa dendam karena melihat sendiri ayahnya diseret. Kondisi psikologis itu diceritakan oleh istri almarhum Salim Kancil yang juga meminta kepada para polwan agar ikut memberikan pemahaman anaknya agar tidak memendam dendam.
Baca juga: Dindikbud Pastikan Lumajang Siap Gelar Asesmen Nasional Berbasis Komputer Jenjang SD 2024
"Nak pak Salim memang lebih tenag, tapi kata istri pak Salim anaknya itu memendam dendam, sehingga istri pak Salim meminta kita ikut memberikan perhatian agar menyadarkan anaknya itu, agar tidak menyimpan dendam," pungkasnya.(Yd/red)
Editor : Redaksi