Lumajang (lumajangsatu.com) - Menyusul sejumlah anak dan cucuk tersangka kasus pembunuhan enggan masuk sekolah, khawatir di cap "Anak Seorang Pembunuh". Tim dari Pemkab dan Polres Lumajang terjun ke Selok Awar-awar, untuk memberikan pendampingan pada anak-anak yang terdampak dari peristiwa pembunuhan aktivis Salim Kancil dan Penganiayaan Tosan.
Istri Bupati Lumajang, Tutuk Fajriyatul Mustofiah mengatakan, pihaknya bukan hanya memberikan Trauma Healing ke anak korban. Namun, kesemua anak-anak di Desa Selok Awar-awar. "Tanggung jawab kami, semua anak-anak generasi penerusa bangsa di Selok Awar-awar," terang Tutuk.
Baca juga: Kawasan Pertanian Bawang Merah di Lumajang Terus Diperluas Lewat Intervensi DBHCHT
Tutuk bersama timnya terus turun untuk melihat perkembangan psikologis anak-anak korban tersangak yang enggan masuk ke sekola. Selain itu, masyarakat juga diminta untuk terlibat langsung, bukan memperkeru masala.
"Semua elemen di Pemkab saya kerah, agar masalah ini tidak sampai menjadi Trauma besar bagi anak-anak," jelasnya.
Baca juga: Buruh Tani Tembakau Akan Terima BLT DBHCHT Tahun 2024
Kasubag Humas POlres lUmajang, Ipda Gatot mengatakan, saat ini sejumlah polwan juga turun untuk memberikan motibvasi pada anak-anak korban, tersangka dan warga lainya. Dikarenakan pemberitaan media massa, mengenai kasus kejahatan didesanya, juga mempengaruhi mental.
"Kita turun bersama tim Polda Jatim," paparnya.
Baca juga: Banyak Bantuan Diberikan Bagi Petani Tembakau Lumajang dari DBHCHT
Rekonsiliasi antara keluarga korban dan tersangka, serta masyarakat pro dan kontra pertambangan juga dilakukan oleh Pemkab Lumajang. "Semua dilakukan, untuk pemulihan keamanan dan ketertiban masyarakat Selok Awar-awar," Ungkap Bupati Lumajang, As'at Malik. (ls/red)
Editor : Redaksi