Lumajang (lumajangsatu.com) - Kasus pembunuhan terhadap aktivis tolak tambang illegal, Salim Kancil dan Penganiayan pada Tosan yang kini dirawat di RSSA Malang menjadi bahan diskusi aktivis disejumlah Kota Jawa Timur dan Indonesia. Para aktivis menilai aksi pembataian di pagi hari oleh sekelompok preman yang diduga dibeking kepala desa dan pengusaha pasir sudah meninggalkan ideologi Pancasila.
"Kok tega ya mas, apa tetangganya gak membantu," ujar Jamsuri, aktivis pemuda NU Sumenep.
Baca juga: Kawasan Pertanian Bawang Merah di Lumajang Terus Diperluas Lewat Intervensi DBHCHT
"Kasus salim kancil ini, bukti negara lalai," jelas, Malik Ibrahim, aktivis Muhammadiyah di Surabaya.
Baca juga: Buruh Tani Tembakau Akan Terima BLT DBHCHT Tahun 2024
"Kasus Salim kancil bisa terjadi di Jember, ini juga ramai di perbincangkan, karena Jember punya tambang pasir," jelas Farhan, aktivis mahasiswa Jember.
"Kalau negara sudah tak bisa memberikan kemanan pada rakyatnya, ini sudah seperti tindakan kolonial," terang Fajar, aktivis Forum Kota Jakarta.
Baca juga: Banyak Bantuan Diberikan Bagi Petani Tembakau Lumajang dari DBHCHT
Aksi sadis pada aktivis menuai aksi kecaman dari berbagai kota di Indonesia. Bahkan, mereka mengutuk aksi pembunuhan sadis dan meminta aparatur hukum menindak tegas.(ls/red)
Editor : Redaksi