Lumajang (lumajangsatu.com) - Banyak cara yang dilakukan aktivis di Lumajang untuk tetap menjadikan kasus pembunuhan Salim Kancil sebagai perjuangan untuk kotanya lebih baik lagi. Hal ini juga seperti saat perjuangan indonesia, banyak seni vandalisme yang mewarnai kemerdekaan negeri ini.
Jika di Zaman perjuanagn kita bisa melihat melalui film perjuanagn ada vandalisme "Merdeka Atoe Matie
", Di Lumajang ada vandalisme diruang publik "Ditanah Kami Nyawa Tak Semahal Tambang". Tulisan ini tersebar dibeberapa titik kota Lumajang.
Baca juga: Komisi B DPRD Lumajang Minta Perbaikan Jalan Desa Sesuai Standar Nasional
"Seperti saat Indonesia memperjuangkan kemerdekaan vandalisme Salim Kancil," ujar Sujak, warga Desa Banjar Waru Kecamatan Kota Lumajang.
Baca juga: Komisi B DPRD Lumajang Soroti Pembangunan Pasar Ikan dan Sistem Pemasaran
"Ini momentum bagi Pemerintah Lumajang memperbaiki kinerja, Nyawa melayang lantaran Pasir yang akan dijadikan janji politik kesejahteraan dan martabat," ungkap Anwar, aktivis Mahasiswa.
"Wah, ide bagus, agar pembunuh Salim Kancil diberikan hukuman yang setimpal," terang Hadi, warga Desa Wonorejo Kecamatan Kedungjajang.
Baca juga: Jaga Lumajang Tetap Rukun, Komisi D DPRD Perkuat Sinergi dengan FKUB
Tulisan Vandalisme yang tersebar diberbagai titik di Lumajang memakai cat pillok warna hitam dan merah.(ls/red)
Editor : Redaksi