Ekspedisi Islam Nusantara PB NU, Ayo Selamatkan Budaya Lokal Dari Kepunahan

lumajangsatu.com

Lumajang (lumajangsatu.com) - Tim Ekspedisi Islam Nusantara disamping mengambil gambar tempat bersejarah juga menggelar sejumlah kegiatan. Salah satunya adalah menggelar dialog lintas iman di Pendopo Kabupaten Lumajang yang dihadiri oleh 6 tokoh agama di Lumajang yang tergabung dalam Forum Kerukunan Antar Umat Bergama (FKUB).

Agus Sunyoto, Ketua Tim Ekspedisi Islam Nusantar PB NU dalam sambutannya mennayatakn beberapa alasan mengapa NU menggagas ekspedisi tersebut. Munculnya liberalisasi, membuat budaya lokal semakin hari semakin hilang dan ditinggalkan.

Hal itu sangat berbahaya, karena bangsa akan ternacam kehilangan jatidirinya. Oleh sebab itu, PB NU ingin melakuakn upaya, agar budaya-budaya lokal tetap bertahan meskipun banyak budaya asing masuk dengan kemudahan informasi.

"Kita bisa lihat, pada tahun 2011 sudah jarang bahkan tidak ada, anak lahir kemdudian diberi nama Jawa, seperti Tukiyem, Jono. Mereka sudah berubah menjadi varel, mengambil nama ke barat-baratan," papar budayan NU itu.

Ada lagi yang kemudian untuk membendung itu kemudian ingin dilawan dengan Islam ke Arab-araban. Namanya kemudian dirubah seperti arab dan mengatakan nama jawa tidak Islami. "Itu yang kemudian disebut fundamentalis, yang lebih salah lagi hanya dianggap sebagai Isalam yang sukanya ngebom," terangnya.

Oleh sebab itu, NU ingin mennegnalkan ISlam Nunsatara yang menghormati keberagaan beragama. Semua bisa hidup rukun dan berdampingan meski berbeda agama dan keyakinanya. "Itu yang kemudian banyak para duta besar dari negera Eropa yang ingin belajar Islam Nusantara," jelasnya.

As'at Malik M.Ag Bupati Lumajang dalam sambutannya merasa senang Lumajang menjadi salah satu tempat yang didatangi tim ekspedisi. lebih bangga lagi, Lumajang ternyata juga menjadi pusat awal penyebaran islam sebleum kerajaan Demak.

"Semoga ini manjadi semangat bagi warga Lumajang, bahwa Lumajang sejak dulu adalah wilayah yang sangat maju secara peradapan," terangnya.(Yd/red)

Editor : Redaksi

Politik dan Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru