Lumajang (lumajangsatu.com) - Fajar 1 syawal 1437 H telah tiba, bulan penuh berkah telah pulang, kemenangan di hari suci telah tiba. Bagaimana kita merasakan pahit ketirnya serta manisnya penuh berkah di bulan Ramadhan. Pahit ketirnya kedatangan bulan Ramadhan hanya dirasakan bagi orang yang tidak beriman dan orang kafir. Namun manisnya bulan ramadhan sangat dirasakan bagi kaum muslimin yang ingin meningkatkan ketaaqwaannya kepada Allah SWT. Jangankan manusia, langit, bumi, bulan, alam semesta beserta isinya bahkan para malaikat menangis dengan kepergian bulan Ramadahan yang penuh berkah.
Sebagaimana dalam sebuah riwayat, dari Jabir RA dari Rasulallah SAW bersabda Ketika dating akhir malam bulan Ramdhan, langit-langit dan bumi, para malaikat menangis karena merupakan musibah bagi ummat Nabi Muhammad SAW. Dikatakan wahai Rasulallah ? musibah yang mana? Rasulallah SAW menjawab Lenyaplah bulan Ramadhan karena sesungguhnya doa-doa di bulan Ramadhan dikabulkan dan sedekah diterima, kebaikan dilipatgandakan dan adzab di tolak
Baca juga: 1.739 Anak Lumajang Putus Sekolah
Agar keberkahan bulan Ramadhan selalu mengalir dibulan berikutnya maka perlu kita merencakan dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT sebagaimana dalam ayat Al-Quran yang artinya Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. ( QS Al-Baqarah : 183). Karena tingkatan bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan adalah agar mereka menjadi orang yang bertaqwa.
Dalam tradisi masyarakat Indonesia, dimana hari raya Idul Fitri adalah merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan.
Idul Fitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri yaitu manusia yang bertaqwa (laalakum tattakun) . Kata Id berdasar dari akar kata aada yauudu yang artinya kembali sedangkan fitri bisa berarti buka puasa untuk makan dan bisa berarti suci. Adapun fitri yang berarti buka puasa berdasarkan akar kata ifthar (sighat mashdar dari afthara yufthiru) dan berdasar hadis Rasulullah SAW yang artinya:Dari Anas bin Malik: Tak sekali pun Nabi Muhammad SAW. Pergi (untuk shalat) pada hari raya Idul Fitri tanpa makan beberapa kurma sebelumnya. Dalam Riwayat lain: Nabi SAW. Makan kurma dalam jumlah ganjil. (HR Bukhari).
Dengan demikian, makna Idul Fitri berdasarkan uraian diatas adalah hari raya dimana umat Islam untuk kembali berbuka atau makan. Oleh karena itulah salah satu sunah sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri adalah makan atau minum walaupun sedikit. Hal ini untuk menunjukkan bahwa hari raya Idul Fitri 1 syawal itu waktunya berbuka dan haram untuk berpuasa.
Sedangkan kata Fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, keburukan berdasarkan dari akar kata fathoro-yafthiru dan hadis Rasulullah SAW yang artinya Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq alayh). Barangsiapa yang shalat malam di bulan Ramadhan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq alaih).
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan pula bahwa Idul Fitri bisa berarti kembalinya kita kepada keadaan suci, atau keterbebasan dari segala dosa dan noda sehingga berada dalam kesucian (fitrah).
Jadi yang dimaksud dengan Idul Fitri dalam konteks ini berarti kembali kepada asal kejadiannya yang suci dan mengikuti petunjuk Islam yang benar. Bagi ummat Islam yang telah lulus melaksanakan Ibadah puasa di Bulan Ramadhan akan diampuni dosanya sehingga menjadi suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan dari kandungan Ibunya. Sebagaimana Sabda Nabi SAW yang ArtinyaSetiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci.
Tradisi Idul Fitri
1. Silaturrohim Antar Tetangga
Kata silaturrohim berasal dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata yaitu shilah dan rohim. Shilah berarti tali atau hubungan. Sedangkan rohim adalah kasih sayang. Dengan demikian silaturrohim berarti tali kasih sayang atau tali persaudaraan. Karena tali kasih sayang atau tali persaudaraan, maka kewajiban orang muslim terhadap tetangga merupakan sebuah keharusan untuk menyambung tali silaturrohim.
Bahkan dalam hadist Rasulallah SAW ada ancaman bagi orang yang memutuskan tali silaturrohim. Apalagi di bulan syawal yang penuh ampunan dan rahmad Allah SWT. Sebagaimana dalam hadist Rasulallah SAW yang artinya Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali persaudaraan ( HR Muslim ).
Di hari idul fitri yang penuh kesucian hati, kejernihan pikiran dan amal sholeh maka janganlah kita menyia-nyiakan untuk saling berkunjung, saling bermaafan untuk melebur doa yang telah kita lakukan. Disamping itu juga menyambung tali silaturrohim antar tetangga akan menambah umur panjang dan lapang rezkinya sebagaimana dalam hadits Rasulallah SAW yang artinya Barang siapa menginginkan umurnya panjang dan lapang rezkinya maka haruslah ia menjaga silaturrohim ( HR Bukhari-Muslim).
Jika silaturrohim kita lakukan dengan benar kepada seluruh tetangga bahkan umat Islam, pasti Allah SWT akan menambah Rahmad-Nya kepada kita semua. Mengingat pentingnya silaturrohin untuk mempererat persaudaraan pernah seorang sahabat datang kepada nabi SAW dan bertanya : Ya Rasulallah ? apakah masih ada cara yang dapat saya lakukan sebagai tanda bakti saya kepada kedua orang tua saya yang sudah meninggal? Beliau menjawab Ya ada, yaitu memohon Rahmad untuk kedua orang tua, memohonkan ampun dan meneruskan janji kesanggupan kedua orang tua setelah keduanya meninggal dan bersilaturrohim dengan cara memuliakan sahabat karib kedua orang ( HR Abu Dawud).
Di zaman serba canggih dengan dunia teknologi global tidak cukup tali sailaturrohim dengan menggunakan media social seperti SMS, WA, FB dll. Bagaimanapun juga tetap berkunjung ke rumah tetangga, teman, saudara lebih utama berjabatan tangan daripada dengan media social. Karena inti dari tali silaturrohim adalah keakraban persaudaran dengan berkunjung saling senda gurau yang islami.
2. Berkunjung Ketempat Wisata (Tadabbur Alam)
Tadabbur alam adalah perbuatan menikmati alam semesta raya , hasil karya sang Maha Karya Allah SWT. Ketika orang mengamati alam semesta dengan segala isinya, dia bertambah yakin tauhidnya. Maka hal itu yang dibenarkan dalam Islam. Kadang kala orang ketika menikmati alam semesta lupa akan kewajiban sholat, tidak mengenal saudara sesama muslim bahkan membuat kerusakan di muka bumi. Maka mereka itulah orang yang rugi, bahkan ancamannya adalah masuk neraka.
Alam semesta ini diciptakan untuk kemakmuran, kebahagian umat manusia, jangan sampai lupa bersyukur karena kebanyakan manusia lupa akan nikmat yang telah diberikan kepadanya. Orang yang tidak bersyukur, janji Allah SWT adalah mereka akan diberi sikasa yang amat pedih sebagaimana dalam QS Ibrahim : 7 yang artinya Jika kamu bersukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih .
Baca juga: Pelajar SMP Negeri 1 Candipuro Lumajang Dikenalkan Pada Isu-isu Kependudukan Lewat Metode Inovatif
Berkunjung ke tempat wisata dengan tujuan menikmati ciptaan Allah SWT serta menambah rasa syukur atas karunia-Nya bukan menambah kemaksiatan. Maka perbuatan tersebut merupakan ibadah. Apalagi setiap gerak langka kaki, hati dan pikiran kita selalu mengucapkan Alhamdulillah Allahu Akbar segala puji bagi Allah Pencipta semesta alam. Sebagaimana dalam QS Al-Anam : 6, yang artinya Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang .
3. Puasa 6 hari Dalam Bulan Syawal
Dari Abu Ayyub. Rasulallah SAW bersabda Barang siapapuasa dalam bulan Ramadhan, kemudian ia puasa enam hari dalam bulan syawal, adalah seperti puasa sepanjang masa ( Riwayat Muslim). Imam Ibnu Rajab Al-Hambali menerangkan beberapa manfaat shaum enam hari di bulan Syawwal, yang Pertama : puasa enam hari di bulan Syawwal menggenapkan pahala shaum Ramadhan menjadi pahala shaum satu tahun penuh.
Kedua : Kedudukan shaum sunah di bulan Syaban dan Syawwal terhadap shaum Ramadhan adalah seperti kedudukan shalat sunah Rawatib (qabliyah dan badiyah) terhadap shalat wajib lima waktu. Shaum sunah tersebut menyempurnakan kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan shaum wajib Ramadhan.
Ketiga : Melakukan shaum kembali seusai melaksanakan shaum Ramadhan merupakan pertanda diterimanya shaum Ramadhan seorang hamba. Jika Allah SWT menerima amal shalih seorang hamba, maka Allah SWT akan memberi petunjuk kepada hamba tersebut untuk melakukan amal shalih lainnya. Sebagaimana sering dikatakan oleh para ulama, Balasan bagi sebuah amal kebajikan adalah amal kebajikan lainnya. Barangsiapa melakukan amal kebajikan lalu ia lanjutkan dengan amal kebajikan lainnya, maka hal itu menjadi pertanda amal kebajikan pertamanya telah diterima dan diberkahi oleh Allah. Adapun jika amal kebajikan diikuti oleh amal keburukan, maka hal itu adalah sinyal buruk tertolaknya amal kebajikan tersebut.
Keempat : Sebagaimana telah disebutkan dalam hadits shahih, shaum Ramadhan yang dilakukan atas dasar iman dan mengharap balasan di sisi Allah semata akan menghapus dosa-dosa kecil yang telah lalu. Pada hari idul fitri, Allah menyempurnakan pahala bagi orang-orang yang shaum. Maka shaum enam hari di bulan Syawwal adalah wujud dari syukur kepada Allah atas dua nikmat besar tersebut; (a) nikmat shaum Ramadhan yang penuh berkah dan maghfirah dan (b) nikmat balasan pahala di hari idul fithri.
Allah SWT telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk mensyukuri nikmat shaum Ramadhan dengan mengumandangkan dzikir, takbir, dan bentuk-bentuk syukur lainnya. Allah SWT berfirman, yang artinya Hendaklah kalian menyempurnakan bilangan (bulannya) dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya kepada kalian dan agar kalian bersyukur. (QS. Al-Baqarah (2): 185)
4. Masak Kupat Lepet
Penyebaran Islam di tanah Jawa tidak lepas peran para Wali Songo dalam berdakwah. Salah satunya tradisi memeriahkan hari kemenangan (idul fitri) dengan berbagai macam makanan dan masakan. Ternyata masakan ketupat yang kita jumpai di masyarakat mempunyai filosofi yang sangat mendalam yang dibawakan oleh salah satu Sunan dalam sejarah Wali Songo. Ketupat adalah tradisi membuat masakan yang pertama kali diperkenalkan Sunan Kalijaga pada masyarakat Jawa.
Sunan Kalijaga membudayakan masak ketupat dua kali dalam satu waktu. Yang pertama ketika selesai sholat Idhul Fitri masyarakat Jawa pasti mengadakan kenduri/syukuran yang salah satunya ada ketupatnya. Kedua ketika bulan syawal memasuki hari ke tujuh/hari raya kecil setelah puasa sunnah syawal 7 hari, masyarakat Jawa juga membuat kupat pertanda lebaran syawal selesai 7 hari. Arti kata ketupat dalam filosofi Jawa , ketupat memiliki makna khusus.
Baca juga: Dindikbud Pastikan Lumajang Siap Gelar Asesmen Nasional Berbasis Komputer Jenjang SD 2024
Ketupat atau kupat merupakan kependekan dari Ngaku lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan yang telah kita lakukan baik sebelum puasa Romadhan berlangsung maupun ketika melaksanakan puasa Ramadhan. Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.
Laku papat artinya empat tindakan yang kita lakukan yaitu lebaran, luberan, leburan dan laburan. Masing-masing tindakan tersebut memiliki makna tersendiri. Lebaran contohnya memiliki arti sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa Ramadhan. Luberan berarti meluber atau melimpah pahala yang disiapkan oleh Allah SWT bagi orang yang mengajak bersedekah untuk kaum miskin dengan cara mengeluarkan zakat fitrah sebagai penyucian jiwa dan raga setelah satu bulan penuh di uji sama Allah SWT.
Leburan mengandung arti sudah habis atau lebur segala dosa yang telah kita lakukan karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lainnya. Yang terkahir laburan berasal dari kata labor, dengan menggunakan kapur putih yang biasa digunakan untuk menjernihkan air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya. `
Tidak hanya filosofi Kupatan yang disebarkan Sunan Kalijaga tetapi juga tradisi Kupat Lepet. Kenapa mesti dibungkus janur ? Janur diambil dari bahasa arab dari kata Jaa nur (telah dating cahaya). Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat hati manusia. Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri, dengki. Kenapa ? karena hatinya sudah dibungkus cahaya (jaa nur).
Lepet = silep kang rapet. Monggo dipun silep ingkang rapet, mari kita kubur/tutup yang rapat. Jadi setelah ngaku lepat (salah) meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, maka jangan diulang kembali kesalahannya agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.
Betapa besar peran para wali dalam memperkenalkan agama Islam. Umat Islam sudah seharusnya memuliakan budaya atau ajaran yang telah disampaikan para wali di Indonesia.
Semoga dengan kembali kepada fitrah yang suci dan bersih itulah yang sesungguhnya kita jalani sekarang ini. Hari yang amat berbahagia ini dinamakan Idul Fitri, yaitu kesucian dan keutuhan yang telah kita peroleh kembali setelah kita melakukan puasa Ramadhan sebulan penuh. Karena itu hari ini adalah hari kemenangan dan kejayaan bagi kita semua, karena kita telah berusaha meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, ucapan yang paling tepat kita ikrarkan pada hari ini adalah suatu doa yang artinya Wahai Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrah yang memperoleh sukses dan kemenangan serta diterima amal ibadahnya oleh Allah Swt.
Dengan kembali kepada fitrah, kita akan mencapai kebahagiaan dan kesuksesan lahir batin yang selalu kita harapkan. Sesuai dengan petunjuk Ilahi, marilah kita bertakbir mengagungkan asma Allah atas segala petunjuk-Nya dan marilah kita bersyukur atas segala rahmat dan karunia-Nya. Semoga kita semua senantiasa dapat mengikuti petunjuk Allah SWT dan senantiasa memperoleh Rahmad-Nya. Amien.(Red)
Penulis : EDI NANANG SOFYAN HADI, M.Pd
GURU FIQIH MAN LUMAJANG
Editor : Redaksi