Lumajang (lumajangsatu.com) - Mahalnya harga garam saat ini mulai berimbas pada sektor industri. Tak hanya mahal, garam untuk industri juga mulai langka dan amat menghawatirkan bagi pengusaha kulit yang bergantung pada garam untuk pengawetan kulit.
"Sangat berdampak sekali dengan harga garam mahal ini. Bahkan saat ini barangnya juga langka sekali," ujar H. Thoriq pengusaha kulit Lumajang, Jum'at (14/07/2017).
Kebutuhan garam di gudang kulit Nogosari Leather beserta dengan pengepulnya selama 1 bulan antara 50-60 ton. Saat ini, untuk garam yang dibuat untuk produksi stoknya tinggal cukup satu minggu kedepan.
Jika selama satu minggu tidak ada garam untuk pengawetan, maka setoran dari pengepul untuk sementara akan ditolak. Tanpa pengawetan garam, maka kulit sapi dan domba tidak boleh lebih 8 jam, namun jika dengan garam bisa bertahan 1 bulan.
"Kulit itu tidak boleh 8 jam karena akan rusak dan tidak bisa dimanfaatkan untuk apapun. Jika diawetkan dengan garam maka bisa bertahan hingga satu bulan," papar pria yang juga Ketua Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI) Jawa Timur itu.
sebelumnya bulan Februari 2017, harga garam berkisar Rp.800-1.000. Namun, saat ini harganya sudah tembus Rp.4.000-6.000. Naiknya harga garam tentunya berimbas pada ongkos produksi yang harus dikelurkan oleh pengusaha.
"Kita akan rugi banyak jika garam tidak ada, sebab banyak bahan baku yang sudah masuk gudang akan rusak," pungkasnya.(Yd/red)
Baca juga: Sekjen PPP Arwani Thomafi Instruksikan Kader Lumajang Solid Menangkan Cak Thoriq-Ning Fika
Editor : Redaksi