Publik Hanya Menonton
Kisah Polisi Lumajang Dibacok Begal, Bupati Sebut Ini Wujud Bela Negara
Lumajang – Sebuah kisah pengorbanan aparat penegak hukum yang nyaris luput dari empati publik diungkap langsung oleh Bupati Lumajang, Indah Amperawati. Kisah ini bukan sekadar tragedi kriminal, melainkan potret nyata tentang bela negara yang terjadi di depan mata, namun kerap dianggap biasa.
Dalam sebuah kesempatan, Bunda Indah sapaan akrabnya menceritakan peristiwa memilukan yang menimpa anggota Polres Lumajang, Mas Kurniawan, saat menjalankan tugas mengamankan pelaku begal sadis.
Saat itu, Mas Kurniawan dibacok oleh pelaku dengan senjata tajam. Luka yang diderita bukan luka ringan. Bacokan tersebut membuat ususnya keluar dan terburai.
Namun yang terjadi setelahnya membuat siapa pun tercekat.
“Dalam kondisi seperti itu, dia masih bisa menyelamatkan diri. Tangan kiri memegang ususnya yang keluar, tangan kanan memegang setir,” tutur Bunda Indah dengan nada tegas dan penuh emosi.
Sebuah gambaran nyata tentang keberanian dan pengabdian yang melampaui batas rasa sakit manusia.
Mendengar kejadian itu, Bunda Indah mengaku tak bisa tinggal diam. Ia menegaskan kepada Kapolres Lumajang bahwa pelaku harus ditemukan.
“Harus ketemu pelakunya,” tegasnya.
Pelaku akhirnya berhasil ditangkap. Dalam proses penindakan, pelaku tersebut tewas.
Namun yang menjadi kegelisahan Bunda Indah bukan hanya soal tertangkapnya pelaku, melainkan minimnya empati publik terhadap pengorbanan aparat yang mempertaruhkan nyawa demi keamanan masyarakat.
“Apakah itu menjadi perhatian? Apakah muncul empati orang lain kepada orang lain? Ndak onok,” ujarnya lugas, diselingi ungkapan Jawa yang menggambarkan kekecewaan mendalam.
Menurut Bunda Indah, kisah Mas Kurniawan adalah contoh nyata bela negara yang sering tidak disadari. Bela negara tidak selalu soal perang atau mengangkat senjata di medan tempur, tetapi tentang keberanian menjalankan tugas, meski nyawa menjadi taruhannya.
“Itu salah satu bela negara. Itu yang sering kita lupakan,” pungkasnya.
Pernyataan Bupati Lumajang ini menjadi pengingat keras bahwa di balik rasa aman yang dinikmati masyarakat, ada pengorbanan luar biasa dari aparat negara. Dan empati, seharusnya, tidak pernah menjadi barang langka (Red).
Editor : Redaksi