Lumajang (lumajangsatu. con) - Upacara HUT RI ke-72 di Alun-alun Lumajang ada sedikit yang berbeda. Pasalnya, usai pengibaran bendera dilanjukan dengan penampilan drama kolosal yang mengangkat sejarah perlawanan pahlawan Lumajang dalam menghadadi agresi militer Belanda.
"Kita ingin mengangkat pahlawan lokal Lumajang dalam drama kolosal perlawanan rakyat Lumajang dalam menjaga kemerdekaan," ujar Letkol Czi Agus Iskarman, S.E, Dandim 0821 Lumajang, Kamis (17/08/2017).
Baca juga: Thoriq-Fika dan Indah-Yudha Saling Klaim Kemenangan Pilkada Lumajang 2024
Saat dirinya bertanya pada peserta drama kolosal siapa Kapten Swandak dan kyai Ilyas rata-rata menjawab tidak tahu. Padahal, dua orang itu rela mengorbankan nyawanya demi menjaga agar udara kemerdekaan bisa dihirup oleh generasi penerus bangsa.
"Banyak yang tidak tahu siapa pahlawan lokal di Lumajang. Oleh sebab itu, kita mencoba mengenalkan para pahlawan ini kepada anak muda melaui drama kolosal di HUT RI ke-72 tahun," jelasnya.
Baca juga: Ponpes Darun Najah Lumajang Juara 2 Implementasi Pesantren Sehat Tingkat Jatim 2024
Indrijanto, salah satu anak pejuang di Lumajang mengaku bangga dengan drama kolosal itu. Hal itu harus terus disampaikan kepada generasi muda bahwa Lumajang adalah kota pahlawan.
"Ada hal positif yang bisa kita ambil, bahwa Lumajang ini adalah kota pahlawan. Militer Belanda melakukan agresi ke Lumajang berarti menganggap Lumajang adalah salah satu tempat yang banyak pejuangnya," papar Indri.
Baca juga: Pemkab Lumajang Hapus Sanksi Denda Administrasi 6 Pajak Daerah, Catat Waktunya
Drama kolosal mengisahkan kapten Swandak gugur saat menghadang pasukan belanda di Klakah. Sedangkab kyai Ilyas gugur saat bertempur dengan pasukan Belanda dan tongkat estafet kepemimpinan pasukan pejuang diberikan pada kyai Anas Machfud. (Yd/red)
Editor : Redaksi