Sineas Lumajang Berkarya

AKBP Arsal Sahban Bermain Film Perjuangan "Iptu Jama'ari" Karya Anak Lumajang

Penulis : lumajangsatu.com -
AKBP Arsal Sahban Bermain Film Perjuangan "Iptu Jama'ari" Karya Anak Lumajang
Arsal Sahban memerankan Iptu Jama'ari berakting memimpin penyerbuan ke markas belanda saat shooting.

Lumajang (lumajangsatu.com) - Kapolres Lumajang, AKBP Arsal Sahban menjajal dunia akting dan bermain film karya anak Lumajang yang tergabung di Cantas Film berkolaborasi dengan member grup facebook Sahabat MAS. Orang nomer satu di jajaran kepolisian resort kaki Gunung Semeru  memerankan tokoh Iptu Jama’ari, tokoh perjuangan yang harus gugur bersama dengan 18 anggotanya di sekitaran Desa Tumpeng Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang.

Keahlian berakting didepan kamera ternyata seperti saudara perempuanya yang pernah bermain di layar kaca. Dalam beberapa take gambar per scene, Arsal tampak mampu memerankan tokoh pahlawan lokal Lumajang dalam mempertahankan Kemerdekaan RI.

Dalam sebuah sinopsis dan skenario, Pertempuran sengit antara Mobrig yang dipimpin Iptu Jamaari melawan tentara Belanda tercatat terjadi pada tanggal 13 November 1947, di sekitaran Desa Tumpeng. Pertempuran tak seimbang tersebut mendesak Jamaari dan pasukan nya hingga kehabisan peluru. Namun api kemerdekaan masih tetap berkobar di hati dan jiwa para pejuang Indonesia tersebut. Bersenjatakan parang serta sangkur yang mereka bawa, para pejuang bertempur habis habisan tanpa memikirkan desingan peluru yang mengarah pada mereka.

Sempat membunuh 10 orang musuh dengan parangnya, akhirnya Iptu Jama’ari pun harus roboh setelah dadanya diterjang oleh peluru lawan. Beliau gugur bersama 17 pejuang lain di medan pertempuran. Jasad Iptu Jamaari dirusak dan dibuang ke Parit dipertigaan Tumpeng, yang mana sekarang telah berdiri tugu Perjuangan Polri untuk mengenang betapa heroiknya beliau dulu saat mempertahankan kemerdekaan.

20 orang pejuang yang lain berhasil ditangkap dan disandera oleh pihak Belanda, sedangkan sisanya berhasil melarikan diri ke arah Desa Pasrujambe untuk selanjutnya kembali bergrilya di tempat tersebut.

Kapolres Arsal Sahban mengaku,  merasa terhormat memerankan tokoh pahlawan Polri dalam sebuah film “Iptu Jama’ari adalah sosok pejuang sejati. Dimana dengan gagah berani sang Pahlawan berusaha mempertahankan kemerdekaan dari serangan musuh yang berusaha menguasai Indonesia pada saat itu.

"Saya sangat merasa tersanjung memerankan tokoh sehebat beliau," ungkap Kapolres. (res/ls/red)

Editor : Redaksi

Opini

Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan

Lumajang - Saat ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan sudah sangat maju khusus pada bidang kesehatan. Dengan adanya kemajuan tersebut segala hal akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan, seperti dalam hal mendiagnosis penyakit dan menentukan kemungkinan waktu kematian seseorang dengan tingkat akurasi tinggi dan hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis. Bahkan para dokter kini pun juga dapat memberikan bantuan dalam mengakhiri kehidupan pasienĀ  dengan kondisi medis yang memiliki tingkat kesembuhan relatif rendah atau dalam kondisi penyakit terminal. Proses ini dikenal dengan istilah Euthanasia (Fahrezi & Michael, 2024).

Dibuat Dari Bambu Muda

Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, Krecek Bung Kuliner Asli Lumajang Bertekstur Daging Empuk

Lumajang - Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali menorehkan kebanggaan di kancah nasional. Salah satu kuliner tradisional khasnya, Krecek Rebung, resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia pada 16 November 2024. Pengakuan ini menjadi bukti keunikan dan kekayaan budaya lokal Lumajang yang terus dilestarikan.

Hikmah Kehidupan

Urgensi Tasawuf Dalam Menghadapi Krisis Spiritual di Era Modern

Lumajang - Di tengah gemerlapnya dunia yang serba digital dan material, manusia semakin terjerat dalam pusaran kehidupan yang cepat dan penuh tekanan. Keberhasilan diukur dengan angka, kebahagiaan dinilai dengan kepemilikan, dan kedamaian seolah menjadi barang langka yang hanya bisa diraih oleh segelintir orang. Namun, meskipun segala kemajuan teknologi dan inovasi telah memberikan kenyamanan fisik, banyak yang merasakan kekosongan jiwa yang mendalam, kehilangan arah, dan semakin jauh dari makna hidup yang sejati. Krisis spiritual ini bukan hanya sekedar fenomena individu, tetapi sebuah bencana sosial yang mengancam dasar-dasar kemanusiaan kita.