wisata

Menyelami Jejak Sejarah di Kampung Batik Laweyan Solo Surakarta

Penulis : lumajangsatu.com -
Menyelami Jejak Sejarah di Kampung Batik Laweyan Solo Surakarta
Wisata Kampung Batik Laweyan yang sering dikunjungi banyak orang untuk melihat-lihat berbagai macam batik dan Proses pembuatan batik (Gmap/Sudarsono Sudarsono)

Solo – Terletak di Jl. Sidoluhur No.6, Laweyan, Kota Surakarta, Kampung Batik Laweyan menjadi salah satu ikon wisata budaya yang tak pernah kehilangan pesonanya.

Kawasan ini terkenal dengan deretan rumah kuno bercorak arsitektur Jawa, Eropa, hingga Cina yang berdiri megah sejak masa kejayaan para saudagar batik tempo dulu.

Atmosfernya yang klasik seolah membawa setiap pengunjung kembali pada masa ketika batik menjadi simbol kemakmuran dan kebanggaan keluarga-keluarga Laweyan.

Saat menyusuri gang-gang sempitnya, wisatawan akan menemukan berbagai galeri batik, studio perajin, hingga rumah-rumah batik rumahan yang masih mempertahankan proses tradisional.

Suara canting, aroma malam panas, dan warna-warna khas batik Laweyan menjadi suguhan yang menenangkan. Para perajin pun dengan ramah membuka pintu bagi pengunjung yang ingin melihat proses produksi atau sekadar menanyakan filosofi motif batik yang kaya makna.

Menariknya, tiket masuk ke Kampung Batik Laweyan tidak dipungut biaya. Wisatawan dapat keluar masuk gang dan galeri sesuka hati, kecuali jika ingin mengikuti workshop membatik atau membeli produk batik sebagai oleh-oleh.

Di sekitar area pintu masuk kampung, tersedia lahan parkir umum dengan tarif standar sekitar Rp3.000–Rp5.000, tergantung jenis kendaraan.

Sementara itu, kawasan ini umumnya beroperasi mulai pukul 08.00–17.00 WIB, meski beberapa toko batik tetap buka hingga malam, terutama saat akhir pekan atau musim liburan.

Dengan kekayaan sejarah serta atmosfer budaya yang begitu kuat, Kampung Batik Laweyan menjadi destinasi yang tak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Solo.

Di tempat ini, batik bukan sekadar kain, melainkan warisan hidup yang terus dirawat melalui ketekunan para perajin dari generasi ke generasi.(yov/red)

"Artikel ini ditulis oleh Muhammad Yova Athobarani (Pelajar PPL SMKN 1 LUMAJANG)

Editor : Redaksi