Lumajang(lumajangsatu.com) - "Kemarin aku 'ditembak' anak cowok di kelas aku," ujar seorang siswa kelas 5 SD. Jika tembakan diterima, maka mereka pun resmi pacaran. Soal pacar-pacaran di kalangan anak bau kencur yang masih berseragam putih merah atau putih biru, mungkin sudah lama didengar.
Apakah anak dewasa terlalu cepat?
Fenomena cinta-cintaan di kalangan anak-anak juga terlihat di tayangan sinetron televisi. Tayangan itu seolah menegaskan bahwa fenomena anak-anak pacaran memang nyata.
Apakah sinetron mendorong anak-anak kecil untuk berani berkata cinta pada lawan jenisnya?
"Ya, ini seperti telur dulu atau ayam dulu ya. Sinetron bisa jadi iya. Tapi bisa jadi juga begini dilihat bahwa ada fenomena di masyarakat yang menampilkan perilaku anak-anak sekolah berpacaran, lalu dibuatlah film atau sinetron dari fenomena itu. Atau bisa juga karena memang sinetron dulu yang sudah ada, jadi sinetron yang memulainya, lalu dicontoh oleh anak-anak," tutur psikolog Roslina Verauli saat dilansir oleh detikHealth dan ditulis pada Kamis (29/1/2015).
Sebelum Lulus Sekolah, Perempuan yang akrab disapa Vera itu menyampaikan anak-anak yang belum memasuki masa pubertas memang tahu istilah pacaran. Akan tetapi sebetulnya kemampuan berpikir anak tentang berpacaran itu belum memadai.
Dikatakan juga oleh Vera bahwa kemampuan berpikir anak soal berpacaran belum sampai pada tipe cinta ala romantis. "Mereka tahu dan mendengar istilah itu, tapi masalahnya anak paham nggak? Ngerti betul nggak dia?" kata Vera.
Baca juga: Saat Anak Bertanya 'Apa Itu Pacaran', Begini Sebaiknya Jawaban Orang Tua
Pemahaman anak soal berpacaran itu bisa saja keliru. "Anak bisa saja berpikir bahwa yang namanya pacar itu teman duduk aku. Pacar itu yang suka kasih aku hadiah. Pacar itu teman dekat aku, dan lain-lain," jelas Vera.
Ketika beranjak remaja dan mengalami pubertas, akan muncul hasrat seksual, pikiran romantis, mulai tertarik pada lawan jenis, dan lain-lain. Hal ini muncul karena pengaruh hormon. Remaja pun tertarik dengan perubahan fisik. Ini yang kemudian menjadikan pacaran dibumbui hal-hal yang dirasa romantis. Tapi hati-hati agar pacaran tidak membuat anak terjebak dalam pergaulan bebas. Bahwa perlu ditanamkan pacaran bukan memiliki seutuhnya sehingga mereka bisa bertindak layaknya suami istri.(detikhealt/red)
Editor : Redaksi