Keserakahan Tambang DI TANAH KAMI SAWAH TAK SUBUR LAGI
Lumajang (lumajangsatu.com) - Sejak ada aksi pengerukan pasir pesisir pantai (illegal mining) dampaknya disakan oleh para petani dilokasi desa Selok Anyar dan Selok Awar-awar. Pasalnya, akibat penambangan itu sawah milik petani tidak bisa menghasilkan padi yang banyak karena padinya mati dan mengering.
"Kenak aros mas, (air laut yang dibawa angin dan masuk kepersawahan), jadi saat kita menanam padi biasanya menguning, jika tidak kuat mati dan kita harus menanam lagi," ujar salah seorang petani yang enggan disebut namanya.
Tak hanya itu, sawah disepanjang pesisir pantai itu sebelum adanya penambangan tidak ada ceritanya kekeurangan air. Namun, semenjak adanya penambangan yang meninggalkan kubangan seperti danau, maka sawah petani sangat sulit diairi.
"Jika dulu diairi bisa bertahan sampai 3 hari, saat ini jika diairi nunggu beberpa jam saja sudah kering, karena airnya disedot dan masuk ke kolam-kolam itu mas," jelasnya.
Dari pantauan lumajangsatu.com, Senin (26/10/2015), kondisi persawahan dilokasi pertambangan mulai masa tanam. benih padi yang ditanam langsung menguning karena tidak kuat terkena air laut yang dibawa angin karena benteng alami pasir suda habis.
Bahkan, banyak sawah milik petani yang tidak ditanami padi karena sudah tidak lagi subur. Ada sebagian yang masih terlihat padi yang tidak dipanen oleh petani karena rusak. Baisanya, padi yang rusak tersebut dijadikan makanan sapi dan kerbau.
"Dulu sawah disini subur mas, saya biasanya dapat 30-40 sak, tapi sekarang mentok hanya 15 sak saja, itu kalau ada rizeki. Kalau mati sudah sangat sering, dan kita tanami lagi," jelasnya.
Para petani meminta agar pertambangan yang merugikan warga dihentikan. Kerusakan alam yang saat ini terjadi harus ada yang bertanggung jawab, karean banyak menyengsarkan para petani.(Yd/red).
Foto : sawah dengan padi yang menguning
Editor : Redaksi