Azizah, Pengrajin Batik Khas Lumajang Yang Terkendala Penjualan
Lumajang (lumajangsatu.com) - Guna mendukung industri wisata dengan progran satu Kecamatan satu Desa wisata maka sektor lainnya juga harus mendukung. Kabupaten Lumajang juga membuat program satu Kecamatan satu sentra batik, dengan tujuan bisa menunjang industri wisata.
Namun, yang menjadi kendala bagi para pengrajian batik tulis atau batik cap (stempel) adalah market atau penjualannya. Banyak para pembatik mampu membuat namun harus gagal ketika berbicara harus dijual kemana batik-batik yang telah diproduski tersebut.
"Saya sudah empat tahun membuat batik mas, yang menjadi kendala utama adalah pasar, kita amat kesulitan sekali," ujar Azizah salah seorang pengrajin batik Perum Biting, Desa Kutorenon Kecamatan Sukodono, Selasa (29/03/2016).
Selama ini, batik-batik yang dijual hanya dibeli dikalangan Lumajang saja dan tertentu pada dinas-dinas di pemerintahan. Sedangkan untuk masyarakat umum, apalagi untuk keluar daerah sangat sulit sekali karena tidak punya jaringan dan tidak memiliki media promosi.
"Hanya Lumajang saja mas, itupun terbatas pada instansi pemerintahan saja. Kita biasanya dikontak oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan ketika ada pameran saja, selebihnya tidak ada," paparnya.
Azizah berharap kepada pemerintah disamping melakukan pembinaan atau mengajari membuat batik, juka dipikirkan penjualannya. Sebab, jika hanya diajari membuat namun tidak bisa menjual maka akan terhenti ditengah jalan.
"Kalau hanya diajari membuat mudah mas, tapi setelah bisa membuat terus produskinya mau dujual kemana, ini yang juga jadi masalah banyak pembatik yang kemudian gulung tikar," jelasnyanya.
Batik yang dibuatnya harganya berfariasi, maulai dari 100 ribu perhelai hinggga ada yang 1 juta, tergantung dari motif dan juga kualitas kain. "Ada yang 100 ribu sampai 1 juta, tergantung tingkat kesulitan dan juga kualitas kainnya," pungkasnya.(Yd/red)
Editor : Redaksi