PSIL Junior Tak Anggap Remeh Persewangi, Persid dan Putra Ijen

Penulis : lumajangsatu.com -
PSIL Junior Tak Anggap Remeh Persewangi, Persid dan Putra Ijen

Lumajang (lumajangsatu.com)    - PSIL Lumajang Junior melaksanakan latihan di Stadion semeru . Latihan ini di ikuti seluruh pemain PSIL junior tanpa ada yang absen dalam latihan jumat (5/8) tadi sore.

PSIL Junior melaksanakan latihan untuk menghadapi kompetisi Liga Soeratin pada tanggal 8 Agustus 2016. Dan semua lawan tidak bisa di anggap remeh.

Atim (35) pelatih mengatakan hari ini latihan beradaptasi dengan cuaca mas. supaya anak- anak tau cuaca panas siang hari , Dan kita pakai skema 4-2-3-1, semua lawan tidak bisa di pandang remeh.

"PSIL Junior siap menghadapi kompetisi yang akan dilaksanakan pada bulan agustus ini" ujar pria yang suka memakai topi itu.

PSIL beraada di Grup II Piala Soertin tergabung dengan Persewangi, Putra Ijen dan Persid Jember. (dka/red)
 

Editor : Redaksi

Lumajang Maju dan Makmur

Bak Lautan Manusia di Lapangan Jokarto Lumajang Sholawat Doa Bersama Cak dan Ning

Lumajang - Dalam rangka membangun kedamaian dan persatuan di wilayah Lumajang, relawan paslon 01 (Cak Thoriq – Ning Fika) bersama Gus Hafidzul Ahkam dari Probolinggo dan jamaah Riyadhul Jannah Lumajang mengadakan acara Sholawat & Do’a Bersama. Acara ini berlangsung di Lapangan Desa Jokarto Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang Kamis, (21/11/2024) malam.

Dibuat Dari Bambu Muda

Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, Krecek Bung Kuliner Asli Lumajang Bertekstur Daging Empuk

Lumajang - Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali menorehkan kebanggaan di kancah nasional. Salah satu kuliner tradisional khasnya, Krecek Rebung, resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia pada 16 November 2024. Pengakuan ini menjadi bukti keunikan dan kekayaan budaya lokal Lumajang yang terus dilestarikan.

Hikmah Kehidupan

Urgensi Tasawuf Dalam Menghadapi Krisis Spiritual di Era Modern

Lumajang - Di tengah gemerlapnya dunia yang serba digital dan material, manusia semakin terjerat dalam pusaran kehidupan yang cepat dan penuh tekanan. Keberhasilan diukur dengan angka, kebahagiaan dinilai dengan kepemilikan, dan kedamaian seolah menjadi barang langka yang hanya bisa diraih oleh segelintir orang. Namun, meskipun segala kemajuan teknologi dan inovasi telah memberikan kenyamanan fisik, banyak yang merasakan kekosongan jiwa yang mendalam, kehilangan arah, dan semakin jauh dari makna hidup yang sejati. Krisis spiritual ini bukan hanya sekedar fenomena individu, tetapi sebuah bencana sosial yang mengancam dasar-dasar kemanusiaan kita.