Lumajang (Lumajangsatu.com)-" Saya adalah seorang wanita berjiwa muda tapi terjebak ditubuh yang renta" Yayuk Farida Susanti. Seorang wanita dengan segudang multiple inteligen dari usahanya belajar tanpa henti. Seniman yang memulai segala bentuk pengajaran seni sedari kecil, tinggal di lingkungan orang seni membuatnya tak dapat jauh dari segala bentuk serapan seni itu sendiri. Orang tuanya pun juga berkecimpung dalam bidang seni musik. ketika masih kanak-kanak, Yayuk memulainya dengan kesenian Tari tradisional seperti remo dan jaipong ia kuasai sejak di bangku SMA.Setelah kuliah tidak hanya seni tari, iapun mulai merambat mempelajari seni-seni yang belum ia kuasai. Seni peran, seni musik bahkan ia pernah mengikuti short course class di dunia hypnoterapi. Lulus kuliah, ia tak pernah bisa putus dari kehidupan seni. Yayuk masuk ke dalam lingkup Masyarakat dan mulai menjadi pelatih Tari antar sekolah yang aktif. Ilmu sedari dini ia dapatkan di sanggar, ia turunkan kepada anak didiknya. Setelah menikah dia sempat vakum beberapa waktu, lalu memutuskan untuk masuk kembali dalam dunia seni. Ia berinisiatif membuat film dengan orang-orang yang dikenalnya di dunia fotografi, video maker dan membuat kesepakatan bersama. Setelah memasuki dunia komunitas pada tahun 2014 yang ia beri nama pohong sinema, hingga saat ini telah berhasil memproduksi 2 film. Bersama HFL (Host Film Lumajang) ia sendiri sebagai pemeran.Untuk skenario, ia percayakan pada seseorang yg memang telah berkecimpung dalam dunia tersebut. Bahkan ia belajar sekaligus bekerja di jakarta. Yayuk juga belajar banyak selama proses pembuatan film. Selain jadi pemeran, ia juga menyutradarai, menjadi sarpras sampai menjadi MUA dengan segala kepiawaiannya. Casting pun ia tangani sendiri. Setelah kerja keras itu, lahirlah 2 film dengan judul "Pagebluk" dan "Celah yang Tersisa".Namun, setelah hal tersebut, ia kembali vakum lantaran pergeseran paham. Beberapa waktu setelahnya, ia bertemu dengan Gatra yang tak lain komunitas sastra dari Tukum. Komunitas itu sendiri telah memproduksi 3 buku ber-ISBN antara lain Emosi, Hitam dan Eksotika Lumajang buku tersebut berisi antologi puisi. Buku berjudul Hitam merupakan gambaran dunia astral. Yayuk amat menguasai hal tersebut, bahkan ia juga seorang magician dari hasil serapan short course class yang pernah ia ikuti. Tidak terhitung berapa kali ia bertemu dengan orang-orang yang aneh. Ia juga menuturkan jika dulu ia sering mengikuti ritual tertentu untuk mencapai ilmu yang lebih luas lagi.Hal itu ia lakukan untuk melatih pengendalian diri, melatih fokus pikiran dan banyak lainnya. Kelas itu ia ikuti selama 2 tahun. Iapun sering mengisi workshop hypnoterapi di Surabaya, bahkan penyimaknya merupakan kumpulan dari para kepala puskesmas se-kabupaten. "Skill itu dari jam terbang. Semakin sering dilakukan, akan makin terampil" tutur YayukDemo pada forum pengendalian pikiran, hal-hal ekstrim seperti makan paku, jalan di atas pecahan kaca, bahkan hingga menarik mobil menggunakan gigi merupakan pemusatan dari kinerja otak dan pengendalian diri dengan kualitas tinggi. Dulu ia sering melakukannya. Namun seiring dengan bertambahnya usia, iapun juga mengalami resiko yang berat apabila memaksa melakukan hal itu lagi.Yayuk juga menuturkan, selain perihal usia, suasana hati pun juga ikut andil untuk melakukan hal ekstrim. Bahkan yang profesional sekalipun bisa gagal jika tidak dalam kondisi prima. Untuk ketiga buku ini, Yayuk juga mempercayakan pada ahlinya, buku pertama ia pasrahkan pada anggota bernama Wildan yang memang mumpuni pada hal tersebut, sedangkan buku kedua dan ketiga pada Rendi, karena kedekatannya dengan komunitas lebih ekstrim dan hasilnya pun tak pernah mengecewakan. Komunitas tersebut juga mempunyai agenda menerbitkan 100 buku dengan satu buku satu penulis. Random. Untuk hal penerbit, ia menuturkan pada siapapun penerbit yang menawarkannya. Jadi tidak hanya satu penerbit. Buku tersebut berupa puisi, novel, cerpen dan bentuk karya sastra lainnya. Yang pasti dari hasil kinerja masyarakat Lumajang itu sendiri.Hal itu sudah berjalan dari bulan februari dan akan berakhir bulan September nanti. Editor telah disiapkan oleh komunitas. Bahkan komunitas inipun telah 3 kali melakukan pendampingan dalam program pena berbicara. Komunitas ini intens mengajarkan pemula sampai mampu melakukannya dengan mandiri dan baik. Untuk layout dan desain grafis, Yayuk juga melakukan perlombaan dan bekerjasama dengan banyak SMK, untuk mengapresiasi hal tersebut, tiap pemenang akan mendapat reward, begitupun juga untuk para penulis. Yayuk bersyukur, dengan adanya komunitas ini, akan berguna sekali untuk menjembatani bagi siapapun yang mempunyai tulisan, suka menulis ataupun ingin dapat melakukan kegiatan kepenulisan dengan baik namun belum pernah dibukukan, Gatra hadir untuk mewujudkan mimpi tersebut. Komunitas inipun terdiri dari para jurnalis, Dosen dan praktisi-praktisi penulis yang bisa memberikan dukungan, pendapat dan juga kawan bertukar pikiran. Seni teater pun , komunitas yang dikelola Yayuk ini mendatangkan pemateri dari Situbondo agar mereka dapat terus belajar. Ia juga mengajak mereka ke UNESA, bertemu doktor fakultas sastra. Agar mereka tau bahwa dalam dunia sastra dan seni, lingkup yang kita pelajari amatlah luas. Dalam kunjungannya ke sanggar Bambu Jogja, anak-anak belajar berbagai bentuk teater, ragam dan macam yang ditampilkan oleh teater. (Ind/red)