Lumajang(lumajangsatu.com)- Puluhahn warga desa Papringan Kecamatan Klakah yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Sari Tani, mendatangi kantor Perhutani Lumajang. Pasalnya, warga LMDH menolak model bagi hasil penanaman sengon albasia yang dierapkan oleh Perhutani.
"Kedatangan kami kesini yang pertama untuk silaturrahim dan untuk menolak model bagi hasil penanaman sengon albasia yang akan diterpakan oleh perhutani," ujar Ilal Hakim, koordinator warga LMDH Sari Tani desa Papringan saat didepan kantor Perhutani, Senin (09/11/2013)
Baca juga: Tahun 2015, Saatnya Bersatu Jadi Terbaik Rek!
LMDH menganggap, model bagi hasil yang diterapkan Perhutani sangat merugikan warga sekitar, karena 75 persen keuntungan untuk Peurhutani dan 25 persen untuk LMDH. Hal itu sangat berbanding terbalik dengan kesepkatan awal, dimana untuk tanaman sengon keuntungan 75 persen untuk LMDH dan 25 persen perhutani.
"Ini sangat merugikan masyrakat karena untuk sengon albasia lebih besar perhutani, kalau untuk taman poko kami menerima, yakni Mahoni, Akasia dan Jati, keuntungan 25 persen untuk LMDH dan 75 persen untuk Perhutani," terangnya.
Disamping untuk menolak model bagi hasil, warga LMDH Sari Tani yang datang juga akan menanyakan dana bagi hasil tanaman akasia yang telah ditebang oleh Perhutani yang berjumlah 25 persen dari hasil produksi. Pada tahun 2012 ada 17 hektar lahan yang teah ditebang dan tahun 2013 ada 32 hektar lahan yang ditebang.
"Hingga kini dana bagi hasil antara Perhutani dengan LMDh masih belum jelas, apakah sudah diturunkan atau malah ditilep sendiri oleh oknum perhutanai," tambah Ilal.
Tak tanggung-tanggung jumlah bagi hasil untuk LMDH sari Tani desa Papringan mencapai setengan milyar rupiah. Seharusnya, dana itu bila keluar bisa dinikmati oleh anggota LMDH untuk mensejahterkan warga sekitar hutan, bukan untuk segelintir orang saja.
"Jumlahnya sekitar 500 jutaan lah, karena hampir 50 hektar yang telah ditebang oleh perhutani," Jelasnya.
Dari pantauan, warga datang ke kantor Perhutani sekitar Jam 10 siang dengan mebawa hasuil bumi seperti pisang dan nangka. Karena masih menunggu Engkap Kapriyadi Wakil Administratur Perhutani KPH Prolinggo untuk Lumajang warga tidur-tiduran didepan kantor Perhutani. Warga mengaku akan bertahan dan menunggu kedatangan dari pihak Perhutani untuk menjelaskan perihal dana bagi hasil yang hingga belum turun.
"Dari kontak kami dengan pak waka, katanya masih ada kegiatan di Probolinggo, kami tidak pulang sebelum bertemu dan kami akan menunggunya hingga malam pun tidak apa-apa," Pungkasnya.(Yd/red)
Baca juga: BBM Naik Atau Turun, Wong Majang Gak Ngurus
Editor : Redaksi