BALI – Di balik rindangnya pepohonan dan tenangnya suasana pedesaan Bedulu, Goa Gajah berdiri sebagai saksi bisu perjalanan sejarah dan spiritual Pulau Dewata.
Berlokasi di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali, situs bersejarah ini menjadi destinasi wisata budaya yang sarat makna dan pesona mistis yang memikat hati setiap pengunjung.
Baca juga: Menyelami Sejarah dan Keindahan di Monumen Bajra Sandhi Bali, Ikon Kota Denpasar
Goa Gajah, yang diperkirakan dibangun pada abad ke-11, merupakan peninggalan masa peralihan antara Hindu dan Buddha di Bali. Ciri khas goa ini terlihat dari pintu masuk berbentuk mulut raksasa dengan pahatan batu yang megah.
seolah sedang menelan siapa pun yang hendak memasukinya. Ornamen-ornamen kuno di dinding batu menjadi bukti nyata kecerdasan dan keindahan seni ukir masyarakat Bali kuno.
Begitu melangkah masuk ke dalam, suasana hening dan sakral langsung terasa. Di dalam goa, terdapat arca Ganesha dan lingga-yoni, lambang pemujaan umat Hindu yang menandakan kesucian dan kekuatan spiritual.
Sementara di bagian luar, aliran air dari kolam pemandian suci dengan enam pancuran berbentuk dewi menambah kesan damai sekaligus magis.
Baca juga: Menyusuri Pesona Alam Tersembunyi di Bali Hidden Canyon Guwang
Tidak hanya menawarkan nilai sejarah, Goa Gajah juga menyuguhkan keindahan alam yang menenangkan. Suara gemericik air dan aroma tanah lembap berpadu dengan kesejukan udara khas Gianyar, menciptakan suasana yang ideal bagi wisatawan yang ingin beristirahat dari hiruk-pikuk kota.
Untuk menikmati keindahan Goa Gajah, pengunjung dikenakan tiket masuk sebesar Rp15.000-Rp 30.000 untuk wisatawan domestik dan Rp 50.000 untuk wisatawan mancanegara,
dengan biaya parkir kendaraan sekitar Rp 5.000 untuk motor dan Rp 10.000 untuk mobil. Objek wisata ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WITA.
Baca juga: Menyapa Keindahan Alam Liar di Taman Nasional Bali Barat
Dengan keindahan alam, nilai spiritual, dan jejak sejarah yang kental, Goa Gajah bukan sekadar tempat wisata, tetapi juga ruang refleksi tentang harmoni manusia, alam, dan spiritualitas yang begitu lekat dengan budaya Bali.(yov/red)
"Artikel ini ditulis oleh Muhammad Yova Athobarani (Pelajar PPL SMKN 1 LUMAJANG)
Editor : Redaksi