Langsung Diresmikan Menteri Kehutanan RI

4 Tahun Ditutup, Pendakian Gunung Semeru Akhirnya Kembali Dibuka Sampai Ranu Kumbolo

Penulis : -
4 Tahun Ditutup, Pendakian Gunung Semeru Akhirnya Kembali Dibuka Sampai Ranu Kumbolo
Pendakian ke Gunung Semeru kembali dibuka di akhir tahun 2024

Lumajang - Setelah 4 tahun pendakian ke Ranu Kumbolo gunung Semeru di Desa Ranupani Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang, akhirnya kembali dibuka mulai 23 Desember 2024. Menteri Kehutanan RI Raja Juli Antoni datang langsung dan mendaki ke Ranu Kumbolo untuk meresmikan dibukanya kembali pendakian.

Untuk memastikan keamanan dan kenyamanan para pendaki, pendakian ke Semeru dibatasi sampai di Ranu Kumbolo dan setiap hari hanya 200 pendaki saja. Bagi yang ingin mendaki, juga harus menyiapkan persyaratan dengan melakukan booking online dan menyerahkan surat kesehatan.

Yuli Harismawati, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang menyambut baik pembukaan pendakian ke Ranu Kumbolo. Harapannya, pembukaan pendakian ke Semeru akan berdampak baik bagi peningkatan wisatawan di Lumajang.

Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan tour travel agar ada paket wisata dari Tumpak Sewu, kemudian ke Ranupani, Ranu Kumbolo dan terakhir ke Gunung Bromo. Pengunjung ke Semeru jika lewat di Lumajang akan disuguhkan dengan melintasi 12 kilometer hutan tropis yang masih sangat asri.

“Kita berharap pembukaan pendakian Semeru, banyak yang mendaki bisa lewat dari jalur Lumajang lewat Senduro,” jelas Yuli, Selasa (24/12/2024).

Yuli menambahkan, pendaki yang ke Semeru lewat Lumajang juga bisa menikmati sejumlah wisata yang ada di Senduro. Pihaknya juga terus melakukan promosi, bahwa pendakian ke Semeru juga bisa lewat ke Kabupaten Lumajang. “kita terus lakukan promosi bahwa pendakian ke Semeru juga bisa lewat Lumajang,” pungkasnya.(Yd/red)

Editor : Redaksi

Bantuan dari Presiden RI

Pemerintah Lumajang Hadirkan Pembangunan Berorientasi Manusia Melalui Becak Listrik

Lumajang  – Arak-arakan becak listrik yang melintas di pusat Kota Lumajang menjadi penanda arah pembangunan daerah yang menempatkan manusia sebagai pusat kebijakan. Program ini menunjukkan bahwa pembangunan tidak semata diukur dari proyek infrastruktur berskala besar, melainkan dari kebijakan yang benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat kecil, khususnya tukang becak lansia yang selama ini menjadi bagian penting mobilitas kota.