Jam 3 Dini Hari Ditutup

Ramah Investasi? Investor Pertanyakan Penutupan Lahan Parkir Cafe Magnolia Lumajang

Penulis : -
Ramah Investasi? Investor Pertanyakan Penutupan Lahan Parkir Cafe Magnolia Lumajang
Penutupan lahan parkir di kawasan Magnolia membuat para pekerja parkir kehilangan mata pencaharian

Lumajang – Pertanyaan mengenai ramah tidaknya iklim investasi di Kabupaten Lumajang mencuat setelah lahan parkir Magnolia Cafe ditutup mendadak oleh Satpol PP pada pukul 03.00 dini hari, tanpa kehadiran pihak pengelola.

Pemilik Cafe Magnolia, Gathan Thoriq, mengaku telah mengajukan perpanjangan kontrak lahan parkir sejak Juli 2024, namun hingga kini tidak ada jawaban resmi dari pemerintah daerah. “Kami sudah setahun lalu mengajukan perpanjangan, tapi tidak ada tindak lanjut. Tiba-tiba tidak ada obrolan lebih lanjut untuk perpanjang ” ujar Gathan.

Plt Dinas Pekerjaan Umum (PU) Lumajang, Endah, menyatakan pihaknya tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan terkait pemanfaatan lahan parkir tersebut. Menurutnya, kebijakan sepenuhnya berada di tangan tiga pejabat utama, yaitu Bupati, Wakil Bupati, dan Sekretaris Daerah. “Kami angkat tangan, karena yang memutuskan adalah pimpinan daerah,” jelasnya kepada owner saat itu.

Padahal, lahan yang disewa Magnolia disebut belum dimanfaatkan untuk pembangunan apapun dan berpotensi menjadi sumber pendapatan daerah jika terus disewakan. “Kalau memang mau digunakan untuk bangunan, kami tidak keberatan. Tapi kalau lahan masih kosong, kenapa tidak dipakai dulu untuk pemasukan daerah?” kata Gathan.

Penutupan mendadak ini dinilai kontraproduktif dengan semangat menarik investasi ke Lumajang. “Kalau investor diperlakukan seperti ini, apakah tidak terkesan morat-marit?” ucap Gathan menambahkan.

Hingga berita ini diturunkan, Pemkab Lumajang belum memberikan keterangan resmi terkait alasan penutupan tersebut (Ind/red).

 

 

Editor : Redaksi

Bantuan dari Presiden RI

Pemerintah Lumajang Hadirkan Pembangunan Berorientasi Manusia Melalui Becak Listrik

Lumajang  – Arak-arakan becak listrik yang melintas di pusat Kota Lumajang menjadi penanda arah pembangunan daerah yang menempatkan manusia sebagai pusat kebijakan. Program ini menunjukkan bahwa pembangunan tidak semata diukur dari proyek infrastruktur berskala besar, melainkan dari kebijakan yang benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat kecil, khususnya tukang becak lansia yang selama ini menjadi bagian penting mobilitas kota.