Muhammadiyah Pastikan Idul Fitri 8 Agustus
Din menjelaskan terdapat dua syarat penentuan 1 Syawal 1434 H menurut Muhammadiah. Pertama adalah ketika terjadi ijtima atau konjungsi yaitu ketika bulan, bumi dan matahari bertemu pada garis lurus menandai bulan berakhir. Kedua adalah ketika pada waktu matahari terbenam pada sore hari, bulan belum terbenam, berapapun ketinggiannya. "Tanpa melihat namun melalui perhitungan, kami bisa memastikan 1 Syawal jatuh pada 8 Agustus," ujar Din.
Maka dengan begitu, dapat diprediksi Umat Muslim Indonesia akan merayakan Hari Raya Idul Fitri pada hari yang sama. Sehingga diprediksi tidak ada perbedaan perayaan 1 Syawal 1434 H. Meskipun demikian, katanya, Muhammadiyah tetap menghormati jika umat Islam ada yang merayakan Idul Fitri pada tanggal lain. Muhammadiyah memulai puasa pada 9 Juli, sementara pemerintah menetapkan awal puasa pada 10 Juli lalu.
Din melihat ada kemungkinan Idul Fitri akan bersamaan waktunya pada 10 tahun ke depan. Alasannya, karena disatukan oleh faktor alam. Din menjelaskan, dari tahun lalu hingga beberapa tahun ke depan, tambah dia, ijtimak (konjungsi) bumi dan bulan untuk 1 Syawal sering terjadi lebih awal.
Ia menegaskan kemungkinan lebih banyaknya persamaan waktu lebaran itu, bukan karena perubahan standar metodologi, baik hisab atau rukyat. Namun lebih karena alam yang memungkinkan ijtimak bulan baru Syawal lebih awal. "Perhitungan persamaan ini sejak 1433 H hingga 1440 H. Dari 10 tahun itu kemungkinan penetapan lebaran lebih banyak bersamaan," ujar Din.(yan/red)
sumber : tempo.co
Editor : Redaksi