Peninggalan Sejarah

Situs Selogending Peninggalan Desa Tertua di Lumajang

Penulis : lumajangsatu.com -
Situs Selogending Peninggalan Desa Tertua di Lumajang
Situs Selogending merupakan peninggalan pra sejarah di Lumajang. (foto by Indana)

Senduro (lumajangsatu.com) - Mungkin kita semua belum tau dimana desa tertua di Lumajang. Pemukiman awal yang dihuni oleh manusia prasejarah di Lumajang adalah di Desa Kandangan. Desa ini teletak 36 km dari kota lumajang ke arah barat dan membutuhkan waktu kurang lebih 40 menit dari kota Lumajang. Bertempat di Situs cagar budaya Selogending,  Dusun Krajan RT 05 RW 01 Desa Kandangan, Senduro Lumajang, Jawa Timur.

Konon dulu warga disini sangat spiritual terhadap gunung semeru. Orang-orang disini dulu mempercayai bahwa gunung semeru sebagai  kekuatan spiritual yang maha dahsyat dan tempat berdiamnya roh nenek moyang yang akan senantiasa melindungi penerus dan anak cucunya di dunia.

Oleh karena itu, gunung perlu dihormati dan dipuja. Bagi manusia menghormati roh nenek moyang di gunung adalah berkah sebab roh-roh itu akan mengirimkan kemakmuran yang berkepanjangan dengan memberi mereka tanah yang subur di daerah-daerah sekitarnya.

Kepercayaan terhadap gunung ini telah menyebabkan manusia zaman prasejarah memilih bertempat tinggal di daerah lereng-lereng gunung dan aliran-aliran sungai sebagai tempat berkah dengan memberi kemakmuran pada daerah-daerah pertanian yang dikelola.

Kandangan merupakan salah satu desa kuno yang berada di wilayah Lumajang, di desa ini ditemukan beberapa benda kuno diantaranya mangkok perunggu kuno, bangunan berundak, batu tegak dan menhir, dan pecahan porselen. Khusus untuk bangunan berundak, batu tegak dan menhir sampai saat ini masih dilestarikan keberadaannya. Selain dilestarikan di bangunan berundak ini masih digunakan untuk tempat upacara.

 

"Desa kandangan di sebut juga sanggar kandangan oleh warga sekitar. Desa kandangan ini hampir mendekati pemukiman orang-orang tengger. Dan desa kandangan memiliki situs yang dulu luasnya sekitar 5 Ha. Kini sudah berkurang karena tanah di sekitarnya telah menjadi tanah milik warga" Wira Dharma (37)

Memasuki kawasan situs ini kita disuguhi pemandangan yang sangat indah, untuk mencapai situs utama kita harus melalui beberapa undak-undakan yang terbuat dari batu. Di undakan yang paling puncak terdapat beberapa batu-batu dari tradisi masa Prasejarah.

"Ada 5 buah batu yang oleh masyarakat sekitar dikramatkan, ke 5 Batu tersebut diberi nama Selo gending, Tejo Kusumo, Mbah Pukulun, Linggasiwa dan Wadung Prabu. Wadung Prabu sendiri merupakan batuan yang menempati tempat teratas dalam posisi undak-undaknya. sebenarnya di batu yang dinamakan Wadung Prabu ini terdapat tulisan kuno. Tulisan kuno yang terdapat di wadung Prabu ini sudah aus dimakan usia sehingga tidak bisa terbaca." Kata Pemuda Kandangan tersebut. (ind/red)

Editor : Redaksi

Spesialis Melukai Korban

Pelajar Disabet Saat Berteduh, Jejak Begal Sadis Lumajang Terungkap

Lumajang – Fakta mengejutkan terungkap dari pengungkapan kasus kriminal di Kabupaten Lumajang. Dua tersangka berinisial AS (30) Desa Wonoayu Kecamatan Ranuyoso dan MH (37) Desa Ranuyoso Kecamatan Ranuyoso diketahui merupakan begal sadis yang kerap melukai korbannya. Aksi kejahatan keduanya diduga kuat telah berlangsung sejak 10 Mei 2025 sesuai cctv yang beredar dan terjadi di sedikitnya delapan tempat kejadian perkara (TKP) di wilayah Lumajang dan sekitarnya.

Begal Sadis

Teror Delapan TKP Berakhir, Pelaku Curanmor Lumajang Tewas Saat Diamankan

Lumajang * – Kepolisian Resor Lumajang berhasil mengungkap rangkaian tindak pidana pencurian dengan pemberatan, penganiayaan berat, serta perlawanan terhadap petugas, yang dilakukan dua tersangka berinisial AS (30) Desa Wonoayu Kecamatan Ranuyoso dan MH (37) Desa Ranuyoso Kecamatan Ranuyoso. Keduanya diketahui terlibat dalam sedikitnya delapan tempat kejadian perkara (TKP) di wilayah Kabupaten Lumajang dan sekitarnya.

Bantuan dari Presiden RI

Pemerintah Lumajang Hadirkan Pembangunan Berorientasi Manusia Melalui Becak Listrik

Lumajang  – Arak-arakan becak listrik yang melintas di pusat Kota Lumajang menjadi penanda arah pembangunan daerah yang menempatkan manusia sebagai pusat kebijakan. Program ini menunjukkan bahwa pembangunan tidak semata diukur dari proyek infrastruktur berskala besar, melainkan dari kebijakan yang benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat kecil, khususnya tukang becak lansia yang selama ini menjadi bagian penting mobilitas kota.