Lumajang (lumajangsatu.com) - Setelah berhasil memperoleh penghargaan tingkat nasional, program suami siaga (susi) akan dikembangkan diseluruh Kecamatan. Saat ini, program Susi hanya diterapkan di Gucialit dengan yang diprakarsai oleh Puskesmas.
kesehatan lumajang
Puskesmas Rogotrunan Waspadai Rhinitis Alergi, Gelar Penyuluhan ke Pasien
Lumajang(lumajangsatu.com) - Puskesmas Kota Rogotrunan Lumajang gelar penyuluhan kesehatan kepada pasien di ruang tunggu Puskesmas,Senin pagi (15/6/2015). Penyuluhan yang bertajuk "Penanganan Rhinitis Alergi" berjalan sukses dengan pembicara bapak Saiful Bahri, S.Kep.Ners, SH, selaku kepala perawat Puskesmas Kota Rogotrunan.
Bupati : Jangan Kritik Pelayanan RSUD Yang Jelek Saja, Yang Baik Juga Disampaikan Dong
Lumajang(lumajangsatu.com) - Banyaknya kritikan terhadap pelayanan kesehatan di RSUD Dr. Haryoto oleh masyarakat Lumajang melalui akun facebooknya dan membuat ramai Media Sosial. Ternyata, Bupati Lumajang, As'at Malik, kritikan terhadap pelayanan di RSUD ke Perawat, Bidan dan Dokter dianggap sebagai bentuk kepedulian masyarakat.
Facebooker keluhkan Buruknya Pelayanan RSUD Hariyoto Hebohkan Media Sosial
Lumajang (lumajangsatu.com) - Media Sosial Facebook menjadi salah satu media untuk menyampaikan berbagai macam komplain. Akun fb bernama Sengijah Ijah Sri Wartipah mengupload foto antrian di klinik RSUD Hariyoto dan menyampaikan uneg-uneg tentang buruknya pelayanan.
Aduhh....!!! Keberadaan Bank Sampah Belum Diperhatikan Pemerintah Lumajang
Lumajang(lumajangsatu.com) - Keberadaan Ratusan Bank Sampah di Lumajang terus menerus tambah dan masyarakat juga mendapatkan nilai tambah. Sayang, menjamurnya bank sampah tidak mendapatkan perhatian dari Pemkab Lumajang untuk membina serta membuat organisasai atau paguyuban bank sampah mulai tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Kelurahan/Desa.
Baleho Free Sex di Tempursari, Dinkes Berdalih Untuk Penilaian Dokter Teladan
Lumajang (lumajangsatu.com) - Pro dan kontra terhadap pemasangan baleho berisikan perang terhadap free sex (sex bebas) dijalan protokol Tempursari, Dinas Kesehatan mulai angkat bicara. Pemasangan baleho tersebut bertujuan agar mencegah anak muda berperilaku menyimpang dilokasi-lokasi wisata. "Itu bukan berarti di Tempursari sudah sangat darurat free sex," ujar dr Triworo kepala Dinas Kesehatan Lumajang, Rabu (20/05/2015). Pemasangan baleho tersebut merupakan sebuah inovasi dari Saka Bhakti Husada, Pramuka dibawah naungan Dinkes, untuk memerangi pergaulan bebas. Disamping itu, pemasangan baleho juga sebagai kredit poin bagi penilaian dokter teladan dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur. "Itu kemaren kita pasang pas ada kunjungan penilaian dokter teladan dari Pemerintah Jawa Timur," terang ibu berkacamata itu. Disamping memasang baleho, Saka Bhkati Husada juga membuka kafe yang bisa digunakan para pemuda Tempursari untuk curhat persoalan pribadinya. "Kita juga buka kafe, dimana para pemuda bisa curhat permasalahan pribadinya," terangnya. Sementara itu, Catur Pujo Satoto anggota DPRD Lumajang asal Tempursari menyatakan setuju dengan pemasangan baleho tersebut. Namun, jangan hanya baleho akan Muspika harus melakukan aksi nyata agara di Tempursari tidak rawan free sex. "Secara pribadi saya setuju saja, namun jangan baleho saja akan tetapi Muspika melakukan aksi nyata dengan turun langsung, bukan bersifat himbauan saja," paparnya. Diakui Catur, saat dirinya menjadi guru SMA atau SMK, setiap tahun pasti ada saja siswi yang putus sekolah karena hamil diluar nikah. "Saya dulu kan juga guru, setiap tahun pasti ada saja siswa yang putus sekolah karena hamil diluar nikah," pungkas politisi NasDem itu.(Yd/red)
Antara Buntaran, Dokter, Birokrasi, Sehat dan Yakusa!
Lumajang kembali mencatatkan sejarah pernah memiliki Sekretaris Daerah seorang dokter. Dialah Dokter Buntaran Supriyanto yang dikenal sosok pejabat yang memiliki sensitifitas dalam pelayanan ke masyarakat. Bahkan, dia tidak pernah sungkan untuk dikritik pedas soal pekerjaannya sebagai dokter dan menjabat di pemerintahan di Lumajang. Seorang kawan jurnalis mengenal sosok Buntaran adalah dikenal memiliki komitmen dalam Reformasi Birokrasi disaat menjabat sebagai Assisten Sekda Tata Praja. Buntaran sangat memegang teguh Standar Opersional Kerja Bagi PNS dan menjalankan roda pemerintahan yang baik serta bersih. Dokter dalam dunia kesehatan sangat diperlukan dalam menangani masalah tubuh seperti penyakit atau gangguan bakteri, kuman, virus dan sejenisnya. Saat itu, Bupati Achmad Fauzi mempercayakan Buntaran untuk mengobati segala bentuk penyakit Pegawai Negeri Sipil. Buntaran yang sedikit bicara mampu menata birokrasi dengan baik sesuai kemampuan dengan arahan kepala pemerintaan saat itu. Sejumlah program kerja berhasil dikerjakan, agar PNS kompak untuk mendukung kebijakan sang Bupati. Bukti Reformasi Birokrasi yang dilakukan Buntaran sangat luar biasa dengan Keyakinan Usaha Sampainya. Pergantian kekuasaan, Buntaran oleh Bupati Sjharazad Masdar dikembalikan ke Dinas Kesehatan untuk kembali menggunakan ilmunya. Karena ada anggapan, Reformasi birokrasi tidak pantas dilakukan orang yang ngerti penyakit tubuh. Dia tetap melangkah pasti dengan tanpa merasa dimutasi. "Semua ada Hikmahnya, Allah sudah mengatur perjalanan manusia," ungkap Buntaran pada wartawan saat ditemui di Kantor Dinkes medio 2008. Buntaran bekerja dengan penuh keyakinan usaha sampai, apalagi ngurus kesehatan sudah linier dengan kemampuannya sebagai dokter. Buntaran bukannya tenggelam di Dinkes, dia sering diundang oleh pemerintahan provinsi, kabupaten dan kota di penjuru Indonesia menjadi pemateri soal Gerbang Mas dan Gerakan Jambanisasi di masyarakat. Buntaran bukan sosok Pejabat Komando Dalam Kamar, (Kodamar). Dia pernah mendengarkan siaran radio mengenai laporan masyarakat adanya, Bidan Desa yang menarik biaya dijam dinas. Pada saat itu, Bupati Masdar mengratiskan bagi masyarakat yang berobat di Puskesmas Desa, Kecamatan dan Kabupaten gratis. Laksana disambar petir, Buntaran langsung memanggil si Bidan di Kecamatan Rowokangkung untuk dikasih wejangan. Bukan itu saja, dia langsung mengumpulkan kepala Puskesmas untuk mengawasi Bidan/ Perawat nakal yang menindas masyarakat. Dokter Buntaran tidak suka menyuruh anak buahnya, kalau belum dilakukan. Meski usia tak muda lagi, dia melakukan Gowes Sepeda pancal dari Lumajang-Surabaya hingga Jakarta bersama anak buahnya sebagai kampanye kepedulian pentingnya kesehatan. Buntaran, awalnya ingin menghabiskan masa pensiun di Dinkes. Namun, pepatah ini yang layak direnung, Siapa yang menanam kebaikan, pasti akan mendapat kebaikan. Lagi-lagi, Pak Dokter dipercaya sebagai Sekretaris Daerah mengantikan Abdul Fatah Ismail. "Aku iki wes ate pensiun, tapi diperintah Bupati, ya harus dilakukan. Ini sebuah amanah, fardun ain sebagai birokrat sebagai sumpah PNS," ungkap Buntaran kepada salah satu wartawan media online. Buntaran bukan sebagai Manajer, tetapi Direktur sekaligus Juru Masak. Tapi, Kondisi Pemerintahan saat itu serba sulit, karena beragam masalah menimpa para pejabat yang dimintai keterangan soal Pasir, serta kasus korupsi lainya. Bahkan, Buntaran juga harus menghadapi persoalan politik, disaat Bupati Sjahrazad Masdar sakit keras. Buntaran lagi-lagi memakai pendekatan kultural, agar pemerintahan tetap berjalan dengan baik. Komunikasi interpersonal dilakukan antaran Eksekutif dan Legislatif soal kelancaran APBD untuk kepentingan rakyat. Akibat intennya komunikasi sebagai jembatan dua lembaga pemerinatah di Lumajang. Buntaran keserimpet soal posisi Wakil Bupati Lumajang disaat ditinggalkan As'at Malik menjadi orang nomor satu. Keserimpet seorang birokrat dalam politik tidak bisa dihindarkan, karena Buntaran dinilai mampu menjalin komunikasi yang baik di level pejabat tinggi di Lumajang. Buntaran tetap tenang menjalankan tugasnya sebagai Sekda untuk melayani masyarakat dan menyelesaikan masalah dimasyarakat. Jelang akhir jabatannya, Buntaran dipercaya sebagai Ketua Panitia Seleksi Calon Sekda, baru melangkah sudah langsung dikritik. Langkah bijaknya dan menerima kritikan yang tidak masuk akal, baik dari dalam dan luar birokasi. "Aku ini mek dadi panitia seleksi, soal siapa Calon Sekda yang dipilih, itu kewenangan penuh pak Bupati, tapi gak apa-apa, sekarang iklimnya demokrasi," jelas Pak Bun, sapaan akrabnya. Menjabat sebagai Sekda, Buntaran mengingatkan pentingnya sehat bukan menggunakan slogan tetapi laku. Salah satunya, dengan kegiatan gowes para pejabat ke kawasan potensi Lumajang. "Sehat sebuah kekayaan, lebih baik menjaga tubuh dari pada mengobati," pesan Buntaran pentingnya kesehatan. Kegiatan Gowes menjadi populer di Lumajang, banyak PNS yang memilih naik sepeda ketimbang naik motor yang bikin boros isi dompet. Sehat itu murah, Sakit itu Mahal. Ayo jaga Kesehatan hingga Tua. Pesan terakhir Sang Dokter dan juga Sekda Lumajang. Terimah kasih pak Bun, anda telah mengajari pentingnya sehat dalam bekerja di Birokrasi. (ls/red)
Toilet Bau dan Petugas Puskesmas Pelit Senyum, Rangking Teratas Pelayanan Buruk
Lumajang (lumajangsatu.com) - Forum Lumajang Sehat dan Dinas kesehatan membuat kuesioner tingkat kepuasaan masyarakat atas pelayanan kesehatan di dua Puskesmas yakni Kota dan Yosowilangun. Hasilnya, banyak warga yang merasa tidak puas karena banyak fasilitas dan pelayanan yang tidak baik. "Kuesionernya itu dibuat terbuka dan tertutup sebanyak 1.294 di Kota dan 400 di Yosowilangun. Kita minta masyarakat menulis keluhan pelayanan kesehatan di kuesioner itu," ujar Muhammad Eko Romadhon ketua Forum Lumajang Sehat, Selasa (29/04/2015). Dari hasil catatan masyarakat tersebut keluhan toilet puskesmas bau dan air sering mati menempati rangking pertama. Diikuti oleh petugas kesehatan dipuskesmas juga tidak memberikan senyum alias pelit senyum kepada para pasien. "Toilet bau dan air sering mati serta petugas puskesmas jarang tersenyum, banyak dikeluhkan oleh masyarakat," terangnya. Setelah dua keluhan tersebut, masyarakat juga mengeluhkan pelayanan dipuskesmas jika sudah jam 1 siang tutup, padahal, orang sakit tidak mengenal waktu. "Parkir, antrian dan BPJS juga masuk dalam catatan yang disampaikn oleh masyarakat," jelasnya. Sementara itu, dr Triworo kepala Dinas Kesehatan Lumajang menyatakan bahwa keluhan masyarakat tersebut yang melatar belakangi terbentuknya masyarakat peduli kesehatan (MPK). Nantinya, MPK akan memberikan masukan agar pelayanan kepada pasien semakin membaik. "Tadi kita telah kukuhkan pengurus MPK Kabupaten dan di Kecamatan Kota dan Yosowilangun juga kita kukuhkan," papar Triworo.(Yd/red)
Angka Kematian Ibu Melahirkan di Lumajang Dua Kalilipat Dari Target MDGs
Lumajang (lumajangsatu.com) - Angka kematian ibu(AKI) saat melahirkan di Kabupaten Lumajang ternyata masih sangat tinggi. Hingga bulan April saja, sudah 13 ibu yang meninggal saat melakukan persalinan dan jauh dari target program MDGs (Millenium Development Goals). "Hingga bulan April 2015 saja sudah ada 13 ibu yang meninggal saat melakukan persalinan," ujar dr Triworo Kepala Dinas Kesehatan Lumajang saat acara pelantikan masyarkat peduli kesehatan (MPK), Selasa (29/04/2015). Jika angka 13 dikonversikan dengan 100 ribu ibu melahirkan maka angkanya ditemukan 227 ibu meninggal. Padahal target MDGs AKI maksimal 102 dari per-100 ribu ibu melahirkan. "Masih dua kalilipat dari target MDGs," paparnya. Penyebabnya kata Tri sangat beragam, mulai karena penyakit penyerta seperti jantung, paru-paru hingga pendarhan yang hebat saat melahirkan. Oleh sebab itu, jika ibu hamil rajin melakukan pemeriksaan maka resiko meninggal bisa ditekan dengan maksimal. "Kita kan kadang tidak tahu jika ibu yang melahirkan memiliki penyakit penyerta, oleh sebab itu kita berharap ibu yang hamil bisa melakukan pemeriksaan secara rutin," pungkasnya.(Yd/red)
Ini Akibatnya Jika Anda Menggendong Tas Yang Terlalu Berat dan Besar..!!
Jakarta (lumajangsatu.com) - Baik anak sekolah, mahasiswa, bahkan pekerja kantoran kerap membawa tas dengan muatan yang cukup berat. Nah, beban tas yang cukup membuat bahu pegal ini kerap dianggap bisa membuat seseorang makin pendek. Benarkah? "Beban tas terutama ransel, yang terlalu berat tidak ada hubungannya dengan gangguan pertumbuhan tinggi badan, baik pada orang dewasa maupun anak-anak," kata dr Andri Primadhi SpOT dari RS Hasan Sadikin Bandung. Meski begitu, dr Andri mengungkapkan akibat bawaan ransel yang cukup berat, mungkin saja postur tubuh dapat berubah. Tetapi, bukan mengganggu pertumbuhan. Akibat beban tas yang cukup berat, bisa timbul beberapa keluhan di antaranya nyeri di sekitar bahu, kesemutan atau kebas pada bahu dan lengan, serta kemerahan pada kulit pundak akibat penekanan tali tas. Lalu, berapakah berat bawaan tas yang dianjurkan? "Maksimal tidak lebih dari 10-15 persen dari berat badan," kata dr Andri saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Sabtu (25/4/2015). Agar bahu tidak nyeri atau kebas, dr Andri membagikan beberapa tips. Ia menyarankan, gunakan kedua strap atau tali tas di kedua pundak. Jika tersedia, gunakan pula strap pada pinggang. Jangan lupa pula untuk mengencangkan strap pada pundak sehingga tas tidak menggantung. Sementara itu, DR. H. Briliantono M Soenarwo, SpOT, FICS, MD, PhD, MBA, dari Halimun Medical Centre menuturkan idealnya baik anak-anak ataupun remaja beban yang dibawa oleh tubuhnya memang maksimal 15 sampai 20 persen dari berat badannya. Nah, untuk anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), pria yang akarab disapa dr Tony ini menuturkan jenis tas yang pas untuk anak-anak usia SD yakni tas ransel. Ia menambahkan bahwa panjang tas juga perlu diperhatikan. "Hindari membelikan anak tas yang ukurannya tak sesuai dengan tinggi badan anak, misalnya terlalu panjang dan hampir setara dengan lututnya. Cukup sampai pantat saja panjangnya, supaya pertumbuhan tulang punggungnya tetap bisa lurus," pesan dr Tony.(Dtk.com/red)