Nogosari (Lumajangsatu.com)-Jajanan tradisional menjadi salah satu pakanan favorit saat berbuka. Di Lumajang ada banyak sekali varian jajanan legendaris yang terbuat dari singkong itu, seperti getuk singkong, getuk lindri, getuk telo, gendar, lupis, pleret, cenil, saplak, putri ayu, klepon, dan jongko.
Tak sulit mendapatkan jajanan tersebut di saat ngabuburit. Banyak penjual jajanan tradisional itu mangkal di depan Pasar Nogosari sejak puluhan tahun lalu.
Baca juga: Beredar Foto Mesra Mirip Ketua DPRD Lumajang, Masyarakat Peduli Moral dan Pendekar Lapor ke BK Dewan
"Untuk harga kita bedakan menjadi dua, yakni 3500 dan 5000, karena tempatnya yang tidak sama, serta jumlah isinya" tutur penjual Sulastri (54)
Bentuk getuk dan lupis yang unik, warnanya yang bragam dan tekstur kenyal dipadu dengan parutan kelapa serta sirup gula jawa menjadikan rasanya manis dan gurih.
"Rasanya itu gurih dan manis ya, apalagi ditambah sirup gula jawa. Kita jualnya campur bisa, per kue juga bisa," ucap ibu murah senyum itu.
Baca juga: Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan
Pada Ramadan kali ini, dia berjualan mulai pukul 16.00 WIB dan biasanya jualannya habis selepas Magrib karena pembelinya sangat banyak.
"Alhamdulillah paling habis Magrib kita sudah habis jualannya, setiap hari kita masak aneka kue ini butuh 20 hingga 25 kilogram singkong," imbuhnya.
Baca juga: Badan POM Jember Evaluasi Program Keamanan Pangan di Kabupaten Lumajang
Salah satu pembeli getuk campur, Icha (25) mengaku sangat doyan dengan kuliner tradisional ini. Dia rela menempuh jarak yang cukup jauh dari rumahnya demi membeli jajanan tradisional.
"Suka sama Lupis dan Getuknya, ini mau buat camilan di rumah sama keluarga. Dua hari sekali biasanya ke sini," terang ibu anak satu itu.(Ind/red)
Editor : Redaksi