Sastrawan Lumajang

Huda Al Pati Cintai Sastra Berawal dari Pesantren

lumajangsatu.com
Huda Al Pati Pegiat Sastra di Lumajang

Lumajang (Lumajangsatu.com)- Dilumajang terdapat sebuah organisasi bernama FKUB yakni Forum Kerukunan Umat Beragama. Salah satu anggotanya bernama lengkap Syaiful Huda lebih dikenal dengan sebutan Huda Al Pati. Bermula dari keikutsertaan dalam membacakan puisi-puisi karyanya di forum tersebut, membuat ia lebih dikenal oleh masyarakat Lumajang.

Sejak kecil, Gus Huda telah hidup beriringan dengan sajak dan puisi sederhana. Menyampaikan perasaan suka dengan puisi pendek ketika masih di bangku Taman kanak-kanak.

Baca juga: HSN 2024 di Stadion Semeru, Santri dan Warga NU Lumajang Harus Kompak Merengkuh Masa Depan

Melanjutkan pendidikan ke pesantren sejak ia kelas 3 SD. Sekecil itu, bakatnya di bidang sastra dapat terlatih dengan baik. Lantaran, ia menganggap membuat puisi ia dapatkan dari ide seputar kegiatannya selama di pesantren. Baginya, belajar kitab adalah jembatan untuknya belajar seni.

"Karena setiap isi dari kitab tersebut terdapat makna tersirat yang mengandungnya makna indah saat kita menguasai maksud dan paham akan hal tersebut" Ujar Pria berkumis itu

Masa-masa itu pula ia habiskan untuk menulis cerpen. Seusia SMA, ia masih menggilai sepak bola, maka cerpen buatannya pun juga seputar kecintaannya pada sepak bola.

Inspirasinya datang dari mana saja. Saat ia menemukan kertas kosong, ia akan langsung menuangkan ide-ide tulisannya di kertas tersebut. Tak luput juga dinding-dinding yang ia yakini tidak akan terjadi apa-apa apabila menuliskan puisi disana.

Kecintaan itu rupanya berlanjut. Setelah lulus sekolah di pesantren, ia memutuskan menikah. Selama menikah, ia juga telah jarang menulis lagi. Namun , tak lantas ia kubur hobi tersebut. Ia juga memulai menjalankan bisnis yang ternyata tak sesuai dengan passionnya. Dan ia memutuskan kembali menggeluti dunia seni lagi.

Baca juga: Pemerintah Ajak Warga Lumajang Bisa Kelola Sampah Mandiri

Sayang pernikahannya tak berlangsung lama. Setelah resmi bercerai, ia memutuskan berkelana ke Lumajang. Diberi tumpangan oleh salah satu keluarga yg ternyata dulunya adalah kenalan ayahnya.

Ia juga mencoba membuka ruang lingkup bisnis disini. Tetapi nampaknya , seni lebih kuat memanggil. Mulailah ia mengikuti komunitas sastra. Salah satunya adalah TKSL Temu Karya Seni Lumajang.

Awalnya, ia dulu tertantang pergi ke Lumajang karena tersebar rumor bahwa kota ini memiliki banyak sastrawan yg bisa ia jadikan panutan. Tapi nyatanya, ia tak temukan satupun disana. Namun ia tak peduli.

Begitu ia berhasil memasuki kota ini, ia bertekad akan merealisasikan semua kemampuannya di bidang sastra. Dengan basic pesantren yang kental dalam dirinya dan berasal dari salah satu desa religius, mudah baginya membentuk ciri khas dari setiap puisi yg ia buat dan ia bacakan dengan lantang.

Baca juga: Paslon Thoriq-Fika dan Indah-Yudha Adu Gagasan di Debat Perdana KPU Lumajang

Usianya saat ini sudah menginjak kepala 3. Kata-kata yang ia lontarkan terdengar mantab. Ia juga tengah mendalami seni peran. Baginya, peran dan puisi saling berkesinambungan.

Dan ia rasa, akan mudah baginya mencoba hal tersebut. Takdir telah membawanya sampai kesini.
Dengan hal tersebut, ia berpesan pada generasi penerus bangsa.
Pahamilah 3 hal

"Bahwa dengan seni segalanya akan menjadi lebih indah,dengan ilmu segalanya akan menjadi lebih mudah dan dengan agama segalanya akan menjadi lebih terarah" Tandasnya. (Ind/red)

Editor : Redaksi

Politik dan Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru