Lumajang - Kabupaten Lumajang memang memiliki banyak potensi wisata yang luar biasa. Namun, sejumlah objek wisata yang sempat viral dan ramai dikunjungi wisatawan, lambat laun meredup bahkan bisa dibilang mati.
Seperti wisata hutan Siti Sundari di Desa Burno Kecamatan Senduro viral di awal tahun 2020-an. Bahkan, saking viralnya, setiap akhir pekan dan hari libur, lokasi wisata macet karena banyak pengunjung. Wisata Siti Sundari juga dibangun sirkuit MTB Downhill dan banyak jadi tempat latihan atlet di Jawa Timur.
Baca juga: Dam Boreng Hampir Rampung, Air Akan Aliri Ratusan Hektar Persawahan di Lumajang
Kawasan Situ Sundari kemudian bermunculan warung-warung dengan berbagai konsep, mulai klasik hingga modern. Namun, seiring berjalannya waktu, wisata Siti Sundari seakan kehilangan pamornya dan meredup hingga tak lagi jadi jujukan wisatawan.
Di awal tahun 2023, wisata Siti Sundari juga tidak lagi ramai pengunjung meski akhir pekan. Bahkan, warung-warung yang awalnya ramai, kini sudah tak lagi buka dan banyak yang rusak karena ditinggalkan pemiliknya.
Tak hanya Siti Sundari, wisata pemaian Sumber Mrutu di Desa Pandansari Kecamatan Kedungjajang juga viral. Bahkan, saking viralnya, wisata pemandian itu sampai buka hampir 24 jam, karena saat malam pengunjung malah semakin banyak datang.
Tak hanya mengusung konsep pemandian, wisata Sumber Mrutu juga mengusung konsep kuliner dengan pamandangan persawahan yang indah pada malam hari. Namun, entah karena faktor apa, tiba-tiba wisata tersebut sepi dan warung-warung dibangun dengan banyak menelan anggaran tersebut menjadi rusak tak terawat.
Saat ini, Sumber Mrutu kembali pada fungsi awal sebagai tempat mandi warga sekitar usai datang dari sawah. Lokasi tersebut juga kembali dijadikan warga untuk tempat cuci baju dan lainnya.
Baca juga: Diterjang Ombak, Akses Jalan Alternatif Pasirian-Tempursari Lumajang Putus Total
Yuli Harismawati, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang mengakui ada beberpa objek wisata yang sempat viraln namun hanya sesaat. Bukan hanya wisata Siti Sundari di Senduro dan Sumber Mrutu di Pandansari, masih banyak wisata di Lumajang yang sepi pengnjung dan mati.
Yuli melihat, faktor pengelolaan yang menjadi kendala dan harus ada pembenahan. Pihaknya mulai akhir tahun 2022 melakukan pendataan dan pembinaan pada kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di sejumlah daerah yang memiliki potensi wisata.
Memang, sebelum membuat sebuah objek wisata viral dan terkenal, harus dimatangkan tentang kosepnya. Mulai wisata itu milik siapa, siapa yang akan mengelola dan akan menyasar kalangan apa.
Jika pengelolaannya tidak jelas, maka akan menimbulkan konflik pengelolaan dan pasti imbasnya objek wisata tersebut akan mati karena tak ada yang mengelola. Kemudian soal konsepnya, jika konsepnya adalah wisata alam, maka semaksimal mungkin wisata yang digarap harus mempertahankan keasliannya.
Baca juga: Maling Motor Asal Lumajang Beraksi 15 Lokasi di Kabupaten Jember
Jangan sampai orang datang ke objek wisata karena suka dengan keasriannya, tiba-tiba wisatanya diubah keasriannya. Maka, lambat laun wisata akan ditinggalkan pengunjung karena tak ada lagi yang menarik untuk dikunjungi.
Yuli mencontohkan, jika wisata milik Desa, maka bisa dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Jika wisata tersebut berada di lahan milik perhutani, maka sebelum membanguan atau mengelolanya, harus ada perjanjian kerja sama (PKS) dengan pemilik lahan.
Jika lahan wisata ada yang milik masyarakat, maka harus dibicarakan dengan pemilik lahan tentang pengelolaan dan bagi hasilnya. "Harus matang di konsep dan lembaga pengelolannya," jelas Yuli, Sabtu (18/02/2023).
Pihaknya akan terus melakukan pendampingan pada sejumlah objek wisata yang saat ini hampir mati. Pemerintah akan memberikan saran dan masukan tentang tatakelola yang baik dan benar agar objek wisata bisa terus bertahan dan tetap jadi jujukan wisatawan.(Yd/red)
Editor : Redaksi