Baca juga: Pemkab Lumajang Hapus Sanksi Denda Administrasi 6 Pajak Daerah, Catat Waktunya
Lumajang(lumajangsatu.com)- Booming tempat wisata puncak B 29 yang berada di Desa Argosari Kecamatan Senduro ternyata dikenal dengan sebutan lain oleh warga sekitar. Dari ceritanya, B 29 sebelum terkenal warga menyebut dengan puncak kutukan.
"Orang sekitar menyebut B 29 sebagai puncak kutukan karena memiliki tempat yang dikeramatkan," ujar Sukaryo, anggota pecinta alam semeru (PAS) kepada lumajangsatu.com, Rabu (24/08/2014).
Puncak Kutukan juga diyakini oleh warga sekitar dihuni mahluk gaib yang dikenal sebagai Jokoniti. Setiap Jum'at Legi, warga sekitar biasanya menggelar upacara sesajen. "Wilayah puncak kutukan info warga juga dijaga oleh Jokoniti," papar cak Yo.
Tak hanya itu, puncak kutukan juga dikenal sebagai jalur perjalanan suci yang dilewati umat Hindu Tengger saat upacara Kasada menuju Gunung Bromo. Warga yang melewati tempat itu berasal dari tiga desa dari dua Kabupaten.
"Yakni dari warga desa Argosari Kabupaten Lumajang, desa Wonokerso dan Ledok Ombo dari Kabupaten Probolinggo," terang laki-laki berambut gondrong itu.
Setelah melewati puncak kutukan, perjalanan suci menuju watu kuto, sebagai salah satu keabsahan melakukan perjalanan suci. "Jika sudah sampai di watu kuto, baru perjalanan suci dianggap sah," tuturnya.
Karena dikeramatkan oleh warga sekitar, maka bagi pengunjung tidak boleh melakukan hal-hal yang negatif, karena diyakini akan terkena musibah.(Yd/red)
"Orang sekitar menyebut B 29 sebagai puncak kutukan karena memiliki tempat yang dikeramatkan," ujar Sukaryo, anggota pecinta alam semeru (PAS) kepada lumajangsatu.com, Rabu (24/08/2014).
Puncak Kutukan juga diyakini oleh warga sekitar dihuni mahluk gaib yang dikenal sebagai Jokoniti. Setiap Jum'at Legi, warga sekitar biasanya menggelar upacara sesajen. "Wilayah puncak kutukan info warga juga dijaga oleh Jokoniti," papar cak Yo.
Tak hanya itu, puncak kutukan juga dikenal sebagai jalur perjalanan suci yang dilewati umat Hindu Tengger saat upacara Kasada menuju Gunung Bromo. Warga yang melewati tempat itu berasal dari tiga desa dari dua Kabupaten.
"Yakni dari warga desa Argosari Kabupaten Lumajang, desa Wonokerso dan Ledok Ombo dari Kabupaten Probolinggo," terang laki-laki berambut gondrong itu.
Setelah melewati puncak kutukan, perjalanan suci menuju watu kuto, sebagai salah satu keabsahan melakukan perjalanan suci. "Jika sudah sampai di watu kuto, baru perjalanan suci dianggap sah," tuturnya.
Karena dikeramatkan oleh warga sekitar, maka bagi pengunjung tidak boleh melakukan hal-hal yang negatif, karena diyakini akan terkena musibah.(Yd/red)
Editor : Redaksi