Sebuah Catatan Strategis Menampar Muka Lumajang

lumajangsatu.com

Baca juga: Diterjang Ombak, Akses Jalan Alternatif Pasirian-Tempursari Lumajang Putus Total

Semasa sekolah bagi kebanyakan siswa/ pelajar diminta untuk mencatat mata pelajaran yang diberikan guru. Aksi catat mencatat sudah menjadi sebuah budaya pendidikan bagi penerus bangsa. Ternyata kebiasaan mencatat adalah sebuah proses dimana seorang siswa melakukan kegiatan intelektual untuk mengigatkan sesuatu yang penting yakni pelajaran.

Tak jarang, dalam ujian kelas, semua soal dan jawaban ada di buku catatan yang biasa diberikan oleh guru ke murid. Tak jarang, bagi siswa yang tidak belajar, jika ujian pasti mencontek catatan dibukunnya.

Dalam sebuah pemaknaan di Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id), catat dan mencatat diartikan menulis sesuatu peringatan. Jadi kegiatan mencatan untuk mengingat sesuatu yang perlu dingatkan, bukan sekedar dicatat dan disimpan.

Penulis menemukan seorang kawan Komunitas Jepretan Ponsel Lumajang (Jempol) saat mengelar Kopi darat (Kopdar) ke Komunitas Ponsel Jawa Timur dalam setiap mengelar rapat selalu dicatat apa keperluan dan masukan serta kritikan anggotanya. Bahkan, setiap mengelar rapat di warung kopi, si tukang catat, kerap memperingatkan hal-hal yang perlu dilakukan sesuai hasil catatan rapat.

Ternyata sebuah catatan sangat penting untuk suksesnya sebuah kegiatan. Demikian pula dengan Catatan Strategis DPRD terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Lumajang tahun 2015, untuk pembangunan Lumajang. Catatan memang tidak sesuatu yang baik, tetapi ada kritikan dan masukan untuk ditindak lanjuti untuk suksesnya pembangunan di Lumajang.

Dalam catatan strategis DPRD, Bupati Lumajang, As'at Malik yang baru dilantik sangat kaget, lantaran banyak sekali kerja Pejabatnya yang kurang memuaskan bagi wakil rakyat. Bahkan, dalam pidatonya, As'at Malik yang dikenal sabar dan kalem, meminta wakil rakyat tidak menuangkan sebuah kata kasar dalam catatan.

Catatan Legislatif memang menukik dan tajam kinerja pemerintah ditangan SA'AT kedua, banyaknya tower bodong, PAD Pasir menurun, Kinerja PNS stagnan, PD Semeru yang merugi, bidang pendidikan dan kesehatan yang amburadul, pajak PBB menurun dan lain-lain. Tapi apresiasi juga diberikan dalam catatan wakil rakyat sukses meraih adipura, WTN, Satyalencana hingga Kinera Sangat Tinggi.

Ya memang sebuah catatan bagi seorang pemimpin yang dulu pernah melakukan kegiatan mencatat adalah hal  pahit. Tapi catatan yang baik tidak selalu kata-kata bagus. Karena manusia, kelompok, organisasi dan negara, tidak luput dari hitam, putih dan abu-abu. Catatan memang sangat penting untuk sebuah evaluasi dalam sebuah organisasi besar seperti Pemkab Lumajang.

Kita pernah mengetahui sebagai mana catatan Soe Hok Gie seorang aktivias mahasiswa dalam perjalanan sejarah disaat Indonesia Merdeka. Bahkan, Soe Hok Gie juga pernah mencatat perjalanan bapak pencetus republik Indonesia, Tan Malaka dalam buku Madilog. Catatan-catatan sejarah memang tidak mudah dilupakan, bahkan catatan atas, bawah, tengah dan pinggir bisa membawa kemajuan sebuah manusia, daerah dan bangsa.

Catatan bukan hanya goresan tinta diselembar kertas putih. Melainkan sebuah perjalanan dari kehidupan manusia untuk lebih baik, demikian halnya Kabupaten Lumajang di bawah kepemimpinan As'at Malik. Tanpa catatan, Lumajang bukan apa-apa, lalu apa dan seperti apa. Tetapi harus berbuat apa. Jayalah Lumajangku dengan catatan sejarahnya kemarin, kini dan masa depan. (red)

Editor : Redaksi

Politik dan Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru