Lumajang Layak Jadi Kota Gula Pasir, Tinggal Pemkab Serius Apa Tidak ? Jangan Kasus Pasir Aja Lo

lumajangsatu.com

Lumajang(lumajangsatu.com) - Kabupaten Lumajang sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa dibidang perkebunan, selain Pisang Kirana, Agung dah Teh. Di dalam pelajaran ditahun 80-an, kita sering mendapat soal pertanyaan, dimana Pabrik Gula Terbesar di Indonesia, jawabnya pasti Jatiroto.

Pabrik Gula (PG) Jatiroto adalah sebuah pengolah tebu menjadi gula pasir yang sudah menjadi kultur masyarakat Lumajang, khususnya wilayah Timur. Bahkna, jika kita dari Lumajang ke Timur, akan melihat perkebunan tebu yang sangat luar seperti hamparan rerumputan manis dipandang dan dimakan, hehehhe.

Baca juga: Pemandian Alam Selokambang Lumajang Cocok Buat Hidroterapi Saat Pagi Hari

Bendahara Himpunan Petani Tebu Rakyat Indonesia (HPTR), H. Didik mengaku sebenarnya, Lumajang dikenal sebagai kota gula, karena sebagai penghasil gula nasional di tahun 80-an hingga awal 90-an. Apalagi kualitas gula dan tebunya terbaik di Indonesia.

"Seharusnya Lumajang dikenal akan kota Gula Pasir, sekarang malah Gulanya hilang, malah kasus pasirnya. Jujur sebagai petani tebu prihatin sekali," ujar pria Asal Kecamatan Tempeh.

Menurut dia, Lumajang memiliki Pabrik yang luar biasa peninggalan kolonial yang dinasionalisasi menjadi BUMN. Selain itu, ditunjang oleh kebun yang luas dan ditopang kebun tebu petani. "Sampai-sampai tebu petani Lumajang diminta mengisi pabrik gula luar Lumajang, Seperti Jember, Probolinggo, Malang, Situbondo, Sidoarjo, Pasuruan, Jombang, Kediri, Madiun dan Lamongan, stoknya luar biasa," jelasnya.

Baca juga: Ini Besaran Tiket Masuk Wisata Tumpak Sewu Semeru Lumajang Bagi Wisatawan Lokal dan Manca Negara

Kepala Kantor Perkebunan Lumajang, Machmud Hadi mengaku heran dengan stok tebu yang luar biasa mampu diterima oleh Pabrik Gula di luar Lumajang. Dari sisi bisnis, sebenarnya tidak untung bisa Tebu Lumajang keluar dari daerahnya sendiri, padahal memiliki pabrik sendiri.

"Soal mau dijadikan Kota Gula Pasir atau Tebu, ini perlu kajian dan penataan yang komplit dengan dipandu PG Jatiroto dan PTPTM XI," jelasnya.

Baca juga: Kesepakatan Bersama Tiket Masuk Tumpak Sewu Semeru Lumajang 100 Ribu Per Wisatawan

Sedangkan, General Manajer PG Jatiro, Styo Narwanto mengaku, sangat senang bila ada semangat petani untuk menjadikan Lumajang sebagai kota Gula. Sehingga sinergitas antara PG dengan petani bisa menciptakan sebuah tujuan yang luar biasa bagi Lumajang. "Seperti disampaikan Kantor Perkebunan, memang perlu ada kajian, lengkap," tegasnya.

Pemkab Lumajang harus mendukun ide oleh HPTRI, lantaran Tebu dan Gula adalah sumber daya yang bisa diperbaharui. Sedangkan Pasir, sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Ini pelajaran disekoh loooo. (ls/red)

Editor : Redaksi

Politik dan Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru