Mampu Serap Pekerja Sekitar Rumah

Dari Pelepah Pinang, Mahasiswi Lumajang ini Miliki 70 Karyawan

Penulis : lumajangsatu.com -
Dari Pelepah Pinang, Mahasiswi Lumajang ini Miliki 70 Karyawan
Irma sedang menyeleksi kualitas pelepah pinang.

Klakah - Irma Raudhatul Jannah remaja Desa Tegal Randu Kecamatan Klakah berinovasi, rubah Pelepah Pinang jadi barang komoditas. Untuk memenuhi pesanan dari berbagai wilayah, kini Irma miliki 70 karyawan.

Remaja yang akrab dipanggil Irma tersebut menjelaskan jika karyawanya dia prioritaskan dari wilayah lingkungan sekitarnya."Karyawan saya total sekitar 70 orang mas, ada yang bagian cari pelepah pinang, ada ibu-ibu yang bagian ngupas pelepahnya,"ungkap Irma saat ditemui Lumajangsatu.com di rumahnya Dusun Gunung Lawang Desa Tegal Randu Kecamatan Klakah, Rabu (14/10/2020).

Dalam perekrutan karyawanya Irma memanfaatkan Ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja hingga orang tua sebagai pencari Pelepah Pinang. "Pekerjaanya mudah tinggal mengupas pelepah pinang dengan pisau dapur, Pengambilan pelepahnya juga mencari Pelepah yang berguguran, tapi kadang juga ngambil dari pohonya,"tambahnya.

Gaji karyawanya dia upah dari hasil, satu pelepah pinang 200 rupiah dan jika sudah kupasan 350 rupiah. "Kerjanya cepat mas 60 lembar dikupas kisaran waktu satu jam,"jelasnya.

Sebelum Irma Berinisiatif Pelepah Pinang tidak berguna, berserakan, warga sekitar hanya memanfaatkanya sebagai bahan bakar. "Di Kecamatan Klakah hingga Ranuyoso itu banyak banget pohon pinang," katanya.

Ide usaha Irma dimulai ketika dia mendapatkan oleh-oleh makanan dari luar kota yang dibungkus pelepah pinang. "Bungkusnya kok seperti pelepah pinang terus saya cari di internet ternyata memang pelepah pinang itu dijadikan bungkus makanan dan informasinya banyak khasiatnya.

Rezeki memang sudah ada yang ngatur begitulah kira-kira kalimat yang mampu menggambarkan perjalanan Irma, awalnya dia jalan-jalan ke Kebupaten Jember secara tidak sengaja dia bertemu tengkulak Pelapah Pinang dari Kabupaten Jember. "Tau pasarnya ketika saya jalan ke jember ternyata disana saya ketemu sama pengepul Pelepah Pinang pas akhirnya saya ajak kerja sama,"jelasnya.

Kini Mahasiswa Institute Agama Islam Syarifuddin (IAIS) Lumajang tersebut kebanjiran pesanan dari luar kota. "Gresik, Jember, Bondowoso. saya dalam sebulan bisa setor 3x mas, satu kali setor 4000 lembar,"tambahnya.

Dalam sebulan penghasilan Irma mencapai 3 Juta rupiah, "saya setornya barang setengah jadi mas jadi hanya lembaran selesai kupas yang sudah kering kemudian diluar kota diubah jadi piring, bungkus jajan dll.

Irma kini bercita-cita mengembangkan usahanya menjadi bahan jadi, serta mencoba mengenalkan Pelepah Pinangnya ke kafe-kafe di Lumajang. (Oky/ls/red)

Editor : Redaksi

Spesialis Melukai Korban

Pelajar Disabet Saat Berteduh, Jejak Begal Sadis Lumajang Terungkap

Lumajang – Fakta mengejutkan terungkap dari pengungkapan kasus kriminal di Kabupaten Lumajang. Dua tersangka berinisial AS (30) Desa Wonoayu Kecamatan Ranuyoso dan MH (37) Desa Ranuyoso Kecamatan Ranuyoso diketahui merupakan begal sadis yang kerap melukai korbannya. Aksi kejahatan keduanya diduga kuat telah berlangsung sejak 10 Mei 2025 sesuai cctv yang beredar dan terjadi di sedikitnya delapan tempat kejadian perkara (TKP) di wilayah Lumajang dan sekitarnya.

Begal Sadis

Teror Delapan TKP Berakhir, Pelaku Curanmor Lumajang Tewas Saat Diamankan

Lumajang * – Kepolisian Resor Lumajang berhasil mengungkap rangkaian tindak pidana pencurian dengan pemberatan, penganiayaan berat, serta perlawanan terhadap petugas, yang dilakukan dua tersangka berinisial AS (30) Desa Wonoayu Kecamatan Ranuyoso dan MH (37) Desa Ranuyoso Kecamatan Ranuyoso. Keduanya diketahui terlibat dalam sedikitnya delapan tempat kejadian perkara (TKP) di wilayah Kabupaten Lumajang dan sekitarnya.

Bantuan dari Presiden RI

Pemerintah Lumajang Hadirkan Pembangunan Berorientasi Manusia Melalui Becak Listrik

Lumajang  – Arak-arakan becak listrik yang melintas di pusat Kota Lumajang menjadi penanda arah pembangunan daerah yang menempatkan manusia sebagai pusat kebijakan. Program ini menunjukkan bahwa pembangunan tidak semata diukur dari proyek infrastruktur berskala besar, melainkan dari kebijakan yang benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat kecil, khususnya tukang becak lansia yang selama ini menjadi bagian penting mobilitas kota.