Tokoh Masyarakat Setempat
Mbah Kerto Sang Milyader Ranu Pane Lumajang Berusia 102 Tahun
Lumajang - Tua - tua keladi, makin tua semakin menjadi. Mungkin peribahasa ini pantas untuk Mbah Kerto asal Desa Ranu Pane Kecamatan Senduro. Usia yang sebentar lagi akan menginjak 103 tahun.
"Umurku hampir seratus tiga tahun," ujarnya dengan logat Jawa Khas Suku Tengger ditemui Lumajangsatu.com di depan perapian dapurnya bersama sejumlah rekan jurnalis hendak meliput kunjungan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno ke Ranu Pane, Minggu (19/9/20021).
Mbah Kerto bercerita tentang asal usulnya. Dia mengaku dari Argosari merantau atau berladang ke Ranu Pane bersama istrinya. Saat itu, Ranu Pane hanya didiami belum genap 20 KK.
"Aku kerja kesini masih belasan gak sampek dua puluh kepala keluarga," ceritanya.
Dia harus bolak balik ke Argosari dari Ranu Pani untuk menyambangi sanak famili dan tetangganya. Berawal mengolah beberapa petak tanah hingga memiliki banyak lahan hingga tahun 80-an.
"Saya kesini tahun 50-an, seingat saya," jelasnya.
Mbah Kerto dikenal sebagai sosok petani yang ulet. Selain bertani dia juga menyewakan pengeras suara dan juga alat rumah tangga. "Dulu saya dikenal karena penyewa alat untuk orang punya acara, koyok corongan," jelasnya.
Berkat keuletannya, Mbah Kerto dikenal sebagai Milyader. Memiliki lahan garap dan sewa yang luas. Bahkan, para buruhnya tidak hanya dari Ranu Pane, tetapi dari Malang, Probolinggo dan Lumajang sediri.
Pundi-pundi uangnya mengalir saat kebutuhan sayuran sepeti kentang, bawang preng, kubis banyak permintaan. Sehingga dirinya harus beli truk. "Truk saya itu sering rusak, jual murah, lha wong buat angkut sayuran," paparnya.
Meski usianya hendak mencapai 103 tahun. Fisik Mbah Kerto tetap sehat dan masih suka bercanda. "Saya ini sudah menikah 3 kali, tapi tak punya keturunan. Hanya anak angkat," paparnya dengan mata menerawang jauh sambil tersenyum. (har/red)
Editor : Redaksi