Sakit Hati

Sering Tak Diajak Albanjari Pria di Sukodono Lumajang Bacok Temannya

Penulis : lumajangsatu.com -
Sering Tak Diajak Albanjari Pria di Sukodono Lumajang Bacok Temannya
Pelaku pembacokan temannya sendiri menyerahkan diri ke Polsek Sukodono setelah kabur

Lumajang - Seorang pemuda diamankan Polsek Sukodono karena menganiaya temannya di Desa Selok Besuki, Kecamatan Sukodono. Diduga, pemuda berinisial W (22) itu menganiaya korban karena sakit hati tidak pernah diajak Sholawat Al-Banjari.

Kapolsek Sukodono AKP Ernowo mengatakan, pelaku dan korban satu grup Al Banjari. Pelaku melakukan tindakan penganiayaan karena sakit hati tidak pernah diajak Al-Banjari.

"Pelaku dua kali tidak pernah diajak acara sholawatan alasannya kurang bagus dalam memainkan alat-alat musik Al Banjari," ujar Ernowo Kamis, (7/4/2024).

Ernowo mengatakan, peristiwa penganiayaan itu terjadi pada Minggu (3/4/2024) sekitar jam 01.00 WIB dinihari.

Alasan sakit hati karena dua kali tidak di ajak main musik Al Banjari, pelaku langsung mencari korban Marsel di rumah temannya Rohman di Desa Selok Besuki.

"Pelaku langsung membacok korban dengan pisau dapur hingga mengalami luka di bagian kepala dan kaki," terang Ernowo.

Kasus penganiayaan terungkap, setelah pihaknya mendapatkan informasi dari Dokter Rumah sakit dr Hariyoto ada korban luka bacok. 

"Setelah mendapatkan informasi itu, kami memerintahkan anggota untuk mendatangi rumah sakit dr Hariyoto Lumajang," ungkapnya.

Lanjut Ernowo, setelah kejadian itu esok harinya Senin (4/4/2023) pelaku menyerahkan diri ke Polsek Sukodono dengan diantar oleh orang tuanya.

"Karena sebelumnya anggota kami kerumah pelaku, namun pelaku sempat melarikan diri. Kemudian petugas memberikan himbauan kepada orang tua agar menyerah kan diri itu lebih baik," tuturnya.

Dia menambahkan, Pihak ini masih memproses pelaku sesuai hukum yang berlaku. Kalau pihak keluarga mau menyelesaikan secara kekeluargaan kita laksanakan. 

"Kalau itu memang permintaan pihak keluarga, dan benar sepakat setuju dan tidak ada masalah kemudian hari kita lakukan, kalau itu sudah ada permintaan korban," pungkasnya (Ind/red).

Editor : Redaksi

Opini

Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan

Lumajang - Saat ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan sudah sangat maju khusus pada bidang kesehatan. Dengan adanya kemajuan tersebut segala hal akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan, seperti dalam hal mendiagnosis penyakit dan menentukan kemungkinan waktu kematian seseorang dengan tingkat akurasi tinggi dan hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis. Bahkan para dokter kini pun juga dapat memberikan bantuan dalam mengakhiri kehidupan pasienĀ  dengan kondisi medis yang memiliki tingkat kesembuhan relatif rendah atau dalam kondisi penyakit terminal. Proses ini dikenal dengan istilah Euthanasia (Fahrezi & Michael, 2024).

Dibuat Dari Bambu Muda

Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, Krecek Bung Kuliner Asli Lumajang Bertekstur Daging Empuk

Lumajang - Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali menorehkan kebanggaan di kancah nasional. Salah satu kuliner tradisional khasnya, Krecek Rebung, resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia pada 16 November 2024. Pengakuan ini menjadi bukti keunikan dan kekayaan budaya lokal Lumajang yang terus dilestarikan.

Hikmah Kehidupan

Urgensi Tasawuf Dalam Menghadapi Krisis Spiritual di Era Modern

Lumajang - Di tengah gemerlapnya dunia yang serba digital dan material, manusia semakin terjerat dalam pusaran kehidupan yang cepat dan penuh tekanan. Keberhasilan diukur dengan angka, kebahagiaan dinilai dengan kepemilikan, dan kedamaian seolah menjadi barang langka yang hanya bisa diraih oleh segelintir orang. Namun, meskipun segala kemajuan teknologi dan inovasi telah memberikan kenyamanan fisik, banyak yang merasakan kekosongan jiwa yang mendalam, kehilangan arah, dan semakin jauh dari makna hidup yang sejati. Krisis spiritual ini bukan hanya sekedar fenomena individu, tetapi sebuah bencana sosial yang mengancam dasar-dasar kemanusiaan kita.