Dalam sehari, dua nyawa melayang sia-sia di Jalan Lumajang-Tempeh. Satu korban di Jl. Imam Bonjol Kelurahan Citrodiwangsan dan satu korban melayang di Jalan Lumajang-Tempeh di Desa/Kecamatan Sumbersuko. Sebernanya, yang salah siapa?, pengendara motor apa si sopir truk atau truk yang terlalu besar dan mungkin jalan yang sempit.
Dalam sehari 2 korban melayang di jalur lalu lintas di Kabupaten Lumajang yang sama-sama ke senggol Truk. Bayangkan saja, dalam sebuah hiburan Orkes Melayu, bila penonton saling senggol, bisa terjadi tawuran antar kelompok. Tapi sudahalah, kita jangan mencari alasan atau kambing hitam serta pembenaran diri.
Dua korban melayang di Jalur Lumajang-Tempeh bukan kali ini saja, bahkan sudah mencapai belasan dan puluhan. Kejadian kecelakaan di Lumajang-Tempeh telah memakan korban sangat banyak, ini perlu ada kajian khusus. Kecelakaan di Lumajang-Tempeh meningkat setelah ada penambangan pasir besar-besaran di medio 2012-2013 dan sampai sekarang.
Dampak dari tingginya intensitas dan kuantitas Truk pasir yang keluar masuk Lumajang-Tempeh memang berdampak serta memiliki ekses tinggi di dunia lalu lintas Lumajang. Dinas Perhubungan dan Pihak Satlantas Polres Lumajang perlu mengkaji ulang dalam rekayasa perhubungan darat. Angka kecelakaan lalu lintas tinggi dan korban juga tinggi, bukan hal yang baik. Jangan sampai Lumajang dikenal sebagai kota tidak tertib lalu lintas atau tidak ramah bagi roda dua.
Banyaknya korban lalu lintas di Lumajang-Tempeh sudah menelan banyak jiwa. Pemangku kebijakan harus segera bertindak, dikhawatirkan dengan semakin sering terjadi kecelakaan lalu lintas, masyarakat dan keluarga korban bertindak beringas seperti pada begal. Ancaman di jalur Lumajang-Tempeh bukan hanya masalah lalu lintas, tapi juga begal yang sering beraksi. Namun, kesadaran masyarakat berlalu lintas juga perlu diperhatikan dan semakin gencar sosialisasi tertib berlalu lintas. Penulis khawatir Truk Fuso bisa disamakan seperti Begal, seperti di kawasan Jawa Timur bagian Barat, sering terjadinya Bus Sumber Kencono menabrak motor, warga bertindak anarkis. warga merusakan dan membakar Bus. Ini juga tak diinginkan di Lumajang.
Truk pasir dan Begal sama-sama mengancam jiwa pengendara motor. Pihak pemangku kebijakan harus segera bertindak, dari pada masyarakat bertindak lebih dahulu, karena kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. Truk Pasir sudah menjadi begal bagi pengendara motor di Lumajang-Tempeh.
Pemangku kebijakan seperti Dishub dan Satlantas Polres Lumajang harus segera mengambil langkahh, agar tidak ada lagi korban kecelakaan dengan kepala pecah atau sebagainya. Kaji ulang truk besar yang melintas di Lumajang-Tempeh, karena jalan yang sempit. Wahai pemangku kebijakan, jangan sampai ada nyawa melayang lagi di Lumajang-Tempeh. Mari kita tertib lalu lintas untuk menjaga keselamatan diri. (red)
Editor : Redaksi